Dialog Marem Jepara - Anti PLTN
Rekan,
Sebagai simpatisan Masyarakat Rekso Bumi, MAREM, saya berkewajiban menyebarkan informasi perkembangan terkini proyek PLTN yang diusung pemerintah di daerah Muria Jepara-Kudus. Terus terang, apapun alasannya, saya anti PLTN. Simple saja, lah Wong Pemerintah kita ini masih keteteran ngurusi Lumpur Lapindo dan masalah Banjir, kok berani-beraninya ngurus soal teknologi Nuklir?
Tolak!
Sony Set
Dialog Marem Jepara
MENGGALANG SIKAP ANTI PLTN SEMENANJUNG MURIA
Jepara- Rencana pembangunan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) Semenanjung Muria, di Ujung Lemah Abang, Jepara, semakin mendapatkan tentangan. Bahkan sikap penentangan ini mulai dilakukan secara terbuka. Khususnya oleh masyarakat Jepara, sikap penentangan ini mulai digalang secara nyata.
Hari Sabtu (19/5) kemarin, sekitar 200 orang yang terdiri dari tokoh LSM, Tokoh Agama, tokoh masyarakat dan tokoh ormas serta tokoh politik, menyatakan sikap penolakan atas rencana pemerintah untuk membangun PLTN di Jepara. Sikap tersebut terbentuk dalam sebuah acara dialog yang digelar oleh LSM Marem (Masyarakat Reksa Bumi) Jepara.
Ketua LSM Marem Jepara, Lilo Sunaryo menyatakan, kegiatan dialog tersebut memang sengaja dilakukan untuk menjaring aspirasi masyarakat terkait akan dibangunnya PLTN di Jepara. Melihat sikap masyarakat Jepara yang pada kenyataannya menolak, pihaknya menyatakan siap untuk terus maju menyuarakan sikap penolakan.
“Tanggal 5 Juni, bertepatan dengan peringatan hari bumi, kami akan mengerahkan ribuan massa ke lapangan untuk menyatakan sikap penolakan ini secara terbuka. Nuklir, secara sosial budaya dan ekonomi atau dari sudut lain, lebih banyak memberi ancamannya,” ujar Lilo memberikan pernyataan, usai acara.
Dalam dialog yang berlangsung sekitar 4 jam tersebut, tidak ada satupun peserta yang menyatakan dukungan atas program tersebut. Ketua HSNI (Himpunan Serikat Nelayan Indonesia) Jepara, Sudiyatno pada kesempatan tersebut menegaskan, rencana pembangunan PLTN tersebut lebih baik dibatalkan Biaya untuk membangun PLTN yang mahal, lebih baik diarahkan untuk pembangunan lainnya yang lebih bermanfaat.
“Pembangunan PLTU Tanjung Jati B saja menimbulkan dampak luar biasa bagi nelayan. Akibat pembangunan itu sekitar 160 hektar perairan tidak diperbolehkan untuk dijadikan daerah operasi nelayan. Lha kalau kemudian PLTN jadi dibangun berapa lagi lahan yang tidak boleh dijamah oleh nelayan,’ ujar Sudiyatno memberikan alasan penolakannya.
Sementara itu H. Wahyudi, salah seorang tokoh NU di desa Kembang Jepara, menandaskan pihaknya berharap ada penjelasan berimbang mengenai masalah Nuklir ini. Informasi tentang Nuklir diharapkannya bisa diberikan secara menyeluruh, baik dampak negative ataupun positifnya. Jangan sampai masyarakat dibuat bingung dengan informasi yang simpang siur seperti saat ini.
“Masyarakat harus bisa memutuskan hal ini atas dasar rasa paham pada dirinya. Menerima dengan “paham” atau menolak dengan “paham”. Itu yang perlu dalam hal ini,” tegasnya.
Dari 200 peserta, hampir seluruhnya ikut menanda tangani Piagam 13 yang berisi penolakan terhadap PLTN Semananjung Muria. Mereka memberikan tanda tangannya di kotak penolakan. Sedangkan di kotak menerima, tidak ada satupun yang menanda tangani. Sebagian kecil peserta memang ada yang tidak memberikan tandan tangannnya. (dis
Sebagai simpatisan Masyarakat Rekso Bumi, MAREM, saya berkewajiban menyebarkan informasi perkembangan terkini proyek PLTN yang diusung pemerintah di daerah Muria Jepara-Kudus. Terus terang, apapun alasannya, saya anti PLTN. Simple saja, lah Wong Pemerintah kita ini masih keteteran ngurusi Lumpur Lapindo dan masalah Banjir, kok berani-beraninya ngurus soal teknologi Nuklir?
Tolak!
Sony Set
Dialog Marem Jepara
MENGGALANG SIKAP ANTI PLTN SEMENANJUNG MURIA
Jepara- Rencana pembangunan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) Semenanjung Muria, di Ujung Lemah Abang, Jepara, semakin mendapatkan tentangan. Bahkan sikap penentangan ini mulai dilakukan secara terbuka. Khususnya oleh masyarakat Jepara, sikap penentangan ini mulai digalang secara nyata.
Hari Sabtu (19/5) kemarin, sekitar 200 orang yang terdiri dari tokoh LSM, Tokoh Agama, tokoh masyarakat dan tokoh ormas serta tokoh politik, menyatakan sikap penolakan atas rencana pemerintah untuk membangun PLTN di Jepara. Sikap tersebut terbentuk dalam sebuah acara dialog yang digelar oleh LSM Marem (Masyarakat Reksa Bumi) Jepara.
Ketua LSM Marem Jepara, Lilo Sunaryo menyatakan, kegiatan dialog tersebut memang sengaja dilakukan untuk menjaring aspirasi masyarakat terkait akan dibangunnya PLTN di Jepara. Melihat sikap masyarakat Jepara yang pada kenyataannya menolak, pihaknya menyatakan siap untuk terus maju menyuarakan sikap penolakan.
“Tanggal 5 Juni, bertepatan dengan peringatan hari bumi, kami akan mengerahkan ribuan massa ke lapangan untuk menyatakan sikap penolakan ini secara terbuka. Nuklir, secara sosial budaya dan ekonomi atau dari sudut lain, lebih banyak memberi ancamannya,” ujar Lilo memberikan pernyataan, usai acara.
Dalam dialog yang berlangsung sekitar 4 jam tersebut, tidak ada satupun peserta yang menyatakan dukungan atas program tersebut. Ketua HSNI (Himpunan Serikat Nelayan Indonesia) Jepara, Sudiyatno pada kesempatan tersebut menegaskan, rencana pembangunan PLTN tersebut lebih baik dibatalkan Biaya untuk membangun PLTN yang mahal, lebih baik diarahkan untuk pembangunan lainnya yang lebih bermanfaat.
“Pembangunan PLTU Tanjung Jati B saja menimbulkan dampak luar biasa bagi nelayan. Akibat pembangunan itu sekitar 160 hektar perairan tidak diperbolehkan untuk dijadikan daerah operasi nelayan. Lha kalau kemudian PLTN jadi dibangun berapa lagi lahan yang tidak boleh dijamah oleh nelayan,’ ujar Sudiyatno memberikan alasan penolakannya.
Sementara itu H. Wahyudi, salah seorang tokoh NU di desa Kembang Jepara, menandaskan pihaknya berharap ada penjelasan berimbang mengenai masalah Nuklir ini. Informasi tentang Nuklir diharapkannya bisa diberikan secara menyeluruh, baik dampak negative ataupun positifnya. Jangan sampai masyarakat dibuat bingung dengan informasi yang simpang siur seperti saat ini.
“Masyarakat harus bisa memutuskan hal ini atas dasar rasa paham pada dirinya. Menerima dengan “paham” atau menolak dengan “paham”. Itu yang perlu dalam hal ini,” tegasnya.
Dari 200 peserta, hampir seluruhnya ikut menanda tangani Piagam 13 yang berisi penolakan terhadap PLTN Semananjung Muria. Mereka memberikan tanda tangannya di kotak penolakan. Sedangkan di kotak menerima, tidak ada satupun yang menanda tangani. Sebagian kecil peserta memang ada yang tidak memberikan tandan tangannnya. (dis
Comments
Masyarakat kita selalu berfikir sempit dan pesimis, belum apa2 sudah seperti kebakaran jenggot. mustinya masyarakat harus melihat apa sih PLTN,... PLTN bukan Bom, atau Nuklir tidak identik dengan Bom...pilih aja apa listrik kita mau mahal atau murah, klo mo murah gunakanlah PLTN seperti di negara-negara lain di dunia, soal keamanan sdh menjadi standar dunia...
kelola limbah pabrik tahu aja gak becus.........
en.. nilai proyek yang diatas 100 triliun untuk 4 reaktor, bayangin 10% bocor ke kantong pendukung PLTN.... wiiih bisa kaya dech.
kalo fail bangun aja reaktor PLTN di samping rumah yang setuju, toh bagi masyarakat sekitar muria tidak ada manfaatnya
keceng