Pikiran Rakyat Bandung : "Ayo Dukung kampanye jangan Bugil!"
diambil dari Koran Pikiran Rakyat - rubrik Belia atau klik di sini : pikiran rakyat
(terimakasih untuk teman2 di Pikiran Rakyat yang telah membantu kampanye ini)
Ayo Dukung Kampanye"Anak Muda Indonesia Jangan Bugil di Depan Kamera!"
Belia yang demen online juga bisa ikut nyuksesin kampanye ini dengan bikin banner kampanye tersebut dengan mengkopi script berikut ini dan memuatnya menggunakan program HTML editor (atau program lain buat ngedit situsnya) untuk memajang banner kampanye pada situs atau blog-nya. Buat deskripsi lebih detail dan kalo pengen tahu lebih jauh soal kampanyenya, klik aja: http://tvlab.blogspot.com/
Sedih juga ngedapetin angka koleksi video adegan "syur" di internet yang produk lokal (baca: Indonesia), jumlahnya mencapai ratusan. Lebih prihatin lagi, mengetahui fakta, sebagian besar video yang berisi adegan mesra dengan content seksual tersebut dibuat oleh kalangan pelajar dan mahasiswa.
Cukup mengetik beberapa kata kunci pada situs pencari, voila! Begitu mengklik tombol "search", akan muncul banyak sekali links menuju content video beginian yang bisa didownload secara bebas (eh, Belia jangan mencoba cara yang sama ya! Enggak banget deh, nyari produk porno di internet!).
Mungkin Belia inget, awal 2001, Indonesia sempet dibikin geger dengan video "Bandung Lautan Asmara" (BLA). Video tersebut berisi dokumentasi pribadi adegan mesra sepasang mahasiswa universitas terpandang di Bandung. Kejadian tersebut bener-bener bikin heboh, mulai dari kampus kedua pasangan tersebut sampe aparat turut mengambil sikap yang dilanjutkan dengan tindakan.
Ih, coba deh Belia posisikan diri jadi mereka! Mau enggak ditonton oleh berjuta-juta orang saat lagi bermesraan sama pasangan? Enggak, kan?
Kalo dari pengamatan belia (iya, subjektif banget emang), sejak beredarnya video tersebut, somehow, banyak banget video sejenis yang beredar di masyarakat, dan sedihnya (lagi-lagi), sebagian besar pelakunya adalah kalangan pelajar dan mahasiswa.
Hal inilah yang membuat Mas Sony Adi Setyawan, bersama rekan-rekannya di TV Lab Communications Indonesia berkampanye "Anak Muda Indonesia Jangan Bugil di Depan Kamera!". Akrab dipanggil Sony Set, penulis sejumlah buku dan penulis skrip sinetron "Dewa 19" ini ngerasa perlu buat nularin keprihatinannya terhadap fenomena maraknya peredaran cuplikan video porno.
Dari penelitian Mas Sony Set (panggilannya), jumlah klip tersebut jumlahnya sudah mencapai 500 lebih dan 90% dibuat oleh pelajar SMA dan mahasiswa.
Kebayang enggak, kalo ini semua adalah fenomena gunung es. Jangan-jangan, jumlah cuplikan film porno yang dibuat anak muda Indonesia telah mencapai ribuan klip? Jangan-jangan, Belia enggak sadar bahaya yang mengancam, yang semula hanya iseng dan main-main, berubah menjadi mimpi buruk yang kelak akan menghancurkan masa depan kamu? Wah, jangan mau jadi korban penyalahgunaan teknologi!
Sejauh ini, Mas Sony Set dan rekannya dari TV Lab Indonesia telah melakukan kampanye ke kampus-kampus dengan mengadakan diskusi. Kampanye ini juga diteruskan dengan me-launching buku yang isinya tentang investigasi film porno indonesia.
"Kita juga lagi nyiapin media promosi/kampanye seperti stiker dan kaus. Kita pengen keliling ke sekolah-sekolah dan melakukan pendekatan agar siswanya mau ngebacain janji pelajar biar enggak bugil di depan kamera," papar Mas Sony.
Hah? Janji biar enggak bugil? Apa maksudnya?
“DEMI MASA DEPAN KITA DAN INDONESIA YANG LEBIH BAIK, KAMI BERJANJI, TIDAK AKAN BUGIL DI DEPAN KAMERA!”, demikian bunyi janji yang sedang dikampanyekan dalam
"Anak Muda Indonesia Jangan Bugil di Depan Kamera!"
Dari obrolan dengan Mas Sony, belia bisa tahu kalo video-video yang beredar ada beberapa kategorinya. Yang pertama, memang dibuat dan diedarkan dengan sengaja oleh pelakunya.
Udah gitu, ada juga dokumentasi pribadi yang diedarkan tanpa sepengetahuan pembuatnya.
Yang terakhir, yang paling parah, adalah video yang dibuat dan diedarkan tanpa sepengetahuan pelakunya. Yang terakhir, biasanya menggunakan kamera tersembunyi, dan proses pengambilan gambar dilakukan secara candid. Nah, kalo yang gini udah bisa dibilang tindak kriminal!
Masalahnya juga, hukum di Indonesia masih belum ketat dan belum jelas perundangannya dalam mengatur masalah beginian. At least demikian yang dirasa Mas Sony.
"Ah lihat aja dari semua video yang beredar, paling cuma dikit yang diusut oleh aparat. Paling cuma video BLA, pejabat DPR YZ dengan ME, dan video artis," klaim Mas Sony sambil mengeluh.
Soal perundangan yang kurang jelas dan kurang beraninya aparat dalam mengambil tindakan dalam kasus-kasus video porno, juga disepakati pakar telekomunikasi Roy Suryo. Menurut dia, RUU APP dan KUHP belum mengatur masalah ini dengan detail. "Kalo enggak ada orang yang ngadu, yo wis, enggak bakal diproses secara hukum oleh aparat," jelasnya dengan logat Jawa yang khas. Meskipun demikian, Pak Roy enggak menafikan effort aparat untuk menyidik sejumlah kasus peredaran video.
"Usaha dari aparat itu ada, namun sayangnya yang terekspos kasus yang melibatkan artis, pejabat, atau public figure saja," katanya.
Wah, bahaya banget dong kalo enggak ada perundangan buat jadi pagarnya, nanti bakal semakin bebas aja nih, video-video tersebut!
"Pemerintah enggak tinggal diam. Sekarang sedang dirancang RUU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), dan saya sedang terlibat di dalamnya. Moga-moga, dengan disahkannya RUU ITE ini, pengawasan dan tindakan terhadap masalah pornografi akan lebih baik lagi," kata Pak Roy Suryo.
Yah, baguslah kalo ada peraturannya nanti. Tapi, sebenernya lebih baik mencegah daripada mengobati, kan? Alangkah lebih baiknya kalo Belia semua enggak melakukan hal ini sama sekali tentunya!
Nah, kenapa juga ya, ada temen-temen Belia yang mutusin kalo bikin dokumentasi adegan mesra sama pacarnya jadi sesuatu yang penting? Emang jawabannya ada banyak. Namun, kalo Belia ngelihatnya dari psikologi perkembangan, mungkin Belia bisa ngerti kenapa banyak remaja yang akhirnya terjebak, entah karena iseng atau jutaan alasan lainnya.
Menurut Azhar El Hami, Psi., dosen fakultas Psikologi Unpad, masa remaja adalah masa perkembangan, manusia akan berusaha mencoba banyak hal, mengeksplorasi sesuatu yang baru, dan mencari jati dirinya.
"Mungkin untuk remaja yang melakukannya untuk popularitas dan sensasi, itu karena dirinya sedang krisis identitas, atau cari perhatian dari lingkungannya," jelas Kang Azhar. "Mungkin ada yang emang iseng, karena remaja emang masanya buat nyobain hal-hal baru, dan ada juga yang emang pengen jadi beken, dengan cara apa pun.”
Sayang banget emang, kalo cara tersebut dilakukan dengan membuat video cuplikan bermuatan pornografi. Menurut Kang Azhar, seiring dengan semakin mudahnya akses teknologi oleh remaja, maka makin gampang juga mereka terkena efek negatif teknologi itu sendiri. Terlepas dari nilai benar-salahnya melakukan kegiatan seks di luar nikah, seharusnya remaja bisa tahu kalo kegiatan mendokumentasikannya justru lebih salah lagi, dan punya konsekuensi yang sangat fatal. Di sini, Kang Azhar menyoroti aspek seks sebagai sesuatu yang tabu bagi masyarakat Indonesia.
Walaupun remaja udah ngerasa pinter dan bisa mutusin banyak hal sendiri, tetep aja filternya harus datang dari ortu.
"Lagian, perilaku begini adalah buah dari pola asuh anak yang kurang baik. Jika anak ditanamkan pemikiran dan pemahaman tentang sejumlah nilai, terutama mengenai seks dengan tahapan pada tempatnya, pasti anak bakal mengerti kalo satu perbuatan itu salah, dan punya dampak buruk," jelas Kang Azhar.
Seks itu emang kebutuhan yang dasar banget. Dan kalo bicara masa perkembangan di usia remaja, ortu kudunya bisa ngasih pemahaman kalo Belia emang sedang mengalami "perubahan" yang ngebuat Belia jadi tertarik banget sama seks. Hal ini emang dipengaruhi sama pertumbuhan fisiologis Belia, yang dibarengi dengan produksi hormon-hormon seksual. Perkembangan fisiologis ini, ujung-ujungnya ngaruh ke perilaku psikologis, dan perilaku inilah yang harus dipagerin biar enggak keluar jalur. Akan lebih baik kalo ortu Belia bisa ngebantu pada masa-masa usia remaja.
Nah, kalo soal baik-buruknya tindakan ngebikin video porno, silakan Belia nilai sendiri aja deh, secara udah pada gede dan tahu mana yang hitam, putih, dan mana juga yang abu-abu. Yang pasti, belia mau ngajak Belia untuk enggak jadi korban, seperti yang udah dialamin temen-temen kamu yang kurang beruntung dalam menentukan langkahnya.
Ayo kita semua ucapin janji yang dikampanyekan Mas Sony Set dkk. dan jangan mau jadi korban teknologi! ***
syauqy_belia@yahoo.co.uk
(terimakasih untuk teman2 di Pikiran Rakyat yang telah membantu kampanye ini)
Ayo Dukung Kampanye"Anak Muda Indonesia Jangan Bugil di Depan Kamera!"
Belia yang demen online juga bisa ikut nyuksesin kampanye ini dengan bikin banner kampanye tersebut dengan mengkopi script berikut ini dan memuatnya menggunakan program HTML editor (atau program lain buat ngedit situsnya) untuk memajang banner kampanye pada situs atau blog-nya. Buat deskripsi lebih detail dan kalo pengen tahu lebih jauh soal kampanyenya, klik aja: http://tvlab.blogspot.com/
Sedih juga ngedapetin angka koleksi video adegan "syur" di internet yang produk lokal (baca: Indonesia), jumlahnya mencapai ratusan. Lebih prihatin lagi, mengetahui fakta, sebagian besar video yang berisi adegan mesra dengan content seksual tersebut dibuat oleh kalangan pelajar dan mahasiswa.
Cukup mengetik beberapa kata kunci pada situs pencari, voila! Begitu mengklik tombol "search", akan muncul banyak sekali links menuju content video beginian yang bisa didownload secara bebas (eh, Belia jangan mencoba cara yang sama ya! Enggak banget deh, nyari produk porno di internet!).
Mungkin Belia inget, awal 2001, Indonesia sempet dibikin geger dengan video "Bandung Lautan Asmara" (BLA). Video tersebut berisi dokumentasi pribadi adegan mesra sepasang mahasiswa universitas terpandang di Bandung. Kejadian tersebut bener-bener bikin heboh, mulai dari kampus kedua pasangan tersebut sampe aparat turut mengambil sikap yang dilanjutkan dengan tindakan.
Ih, coba deh Belia posisikan diri jadi mereka! Mau enggak ditonton oleh berjuta-juta orang saat lagi bermesraan sama pasangan? Enggak, kan?
Kalo dari pengamatan belia (iya, subjektif banget emang), sejak beredarnya video tersebut, somehow, banyak banget video sejenis yang beredar di masyarakat, dan sedihnya (lagi-lagi), sebagian besar pelakunya adalah kalangan pelajar dan mahasiswa.
Hal inilah yang membuat Mas Sony Adi Setyawan, bersama rekan-rekannya di TV Lab Communications Indonesia berkampanye "Anak Muda Indonesia Jangan Bugil di Depan Kamera!". Akrab dipanggil Sony Set, penulis sejumlah buku dan penulis skrip sinetron "Dewa 19" ini ngerasa perlu buat nularin keprihatinannya terhadap fenomena maraknya peredaran cuplikan video porno.
Dari penelitian Mas Sony Set (panggilannya), jumlah klip tersebut jumlahnya sudah mencapai 500 lebih dan 90% dibuat oleh pelajar SMA dan mahasiswa.
Kebayang enggak, kalo ini semua adalah fenomena gunung es. Jangan-jangan, jumlah cuplikan film porno yang dibuat anak muda Indonesia telah mencapai ribuan klip? Jangan-jangan, Belia enggak sadar bahaya yang mengancam, yang semula hanya iseng dan main-main, berubah menjadi mimpi buruk yang kelak akan menghancurkan masa depan kamu? Wah, jangan mau jadi korban penyalahgunaan teknologi!
Sejauh ini, Mas Sony Set dan rekannya dari TV Lab Indonesia telah melakukan kampanye ke kampus-kampus dengan mengadakan diskusi. Kampanye ini juga diteruskan dengan me-launching buku yang isinya tentang investigasi film porno indonesia.
"Kita juga lagi nyiapin media promosi/kampanye seperti stiker dan kaus. Kita pengen keliling ke sekolah-sekolah dan melakukan pendekatan agar siswanya mau ngebacain janji pelajar biar enggak bugil di depan kamera," papar Mas Sony.
Hah? Janji biar enggak bugil? Apa maksudnya?
“DEMI MASA DEPAN KITA DAN INDONESIA YANG LEBIH BAIK, KAMI BERJANJI, TIDAK AKAN BUGIL DI DEPAN KAMERA!”, demikian bunyi janji yang sedang dikampanyekan dalam
"Anak Muda Indonesia Jangan Bugil di Depan Kamera!"
Dari obrolan dengan Mas Sony, belia bisa tahu kalo video-video yang beredar ada beberapa kategorinya. Yang pertama, memang dibuat dan diedarkan dengan sengaja oleh pelakunya.
Udah gitu, ada juga dokumentasi pribadi yang diedarkan tanpa sepengetahuan pembuatnya.
Yang terakhir, yang paling parah, adalah video yang dibuat dan diedarkan tanpa sepengetahuan pelakunya. Yang terakhir, biasanya menggunakan kamera tersembunyi, dan proses pengambilan gambar dilakukan secara candid. Nah, kalo yang gini udah bisa dibilang tindak kriminal!
Masalahnya juga, hukum di Indonesia masih belum ketat dan belum jelas perundangannya dalam mengatur masalah beginian. At least demikian yang dirasa Mas Sony.
"Ah lihat aja dari semua video yang beredar, paling cuma dikit yang diusut oleh aparat. Paling cuma video BLA, pejabat DPR YZ dengan ME, dan video artis," klaim Mas Sony sambil mengeluh.
Soal perundangan yang kurang jelas dan kurang beraninya aparat dalam mengambil tindakan dalam kasus-kasus video porno, juga disepakati pakar telekomunikasi Roy Suryo. Menurut dia, RUU APP dan KUHP belum mengatur masalah ini dengan detail. "Kalo enggak ada orang yang ngadu, yo wis, enggak bakal diproses secara hukum oleh aparat," jelasnya dengan logat Jawa yang khas. Meskipun demikian, Pak Roy enggak menafikan effort aparat untuk menyidik sejumlah kasus peredaran video.
"Usaha dari aparat itu ada, namun sayangnya yang terekspos kasus yang melibatkan artis, pejabat, atau public figure saja," katanya.
Wah, bahaya banget dong kalo enggak ada perundangan buat jadi pagarnya, nanti bakal semakin bebas aja nih, video-video tersebut!
"Pemerintah enggak tinggal diam. Sekarang sedang dirancang RUU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), dan saya sedang terlibat di dalamnya. Moga-moga, dengan disahkannya RUU ITE ini, pengawasan dan tindakan terhadap masalah pornografi akan lebih baik lagi," kata Pak Roy Suryo.
Yah, baguslah kalo ada peraturannya nanti. Tapi, sebenernya lebih baik mencegah daripada mengobati, kan? Alangkah lebih baiknya kalo Belia semua enggak melakukan hal ini sama sekali tentunya!
Nah, kenapa juga ya, ada temen-temen Belia yang mutusin kalo bikin dokumentasi adegan mesra sama pacarnya jadi sesuatu yang penting? Emang jawabannya ada banyak. Namun, kalo Belia ngelihatnya dari psikologi perkembangan, mungkin Belia bisa ngerti kenapa banyak remaja yang akhirnya terjebak, entah karena iseng atau jutaan alasan lainnya.
Menurut Azhar El Hami, Psi., dosen fakultas Psikologi Unpad, masa remaja adalah masa perkembangan, manusia akan berusaha mencoba banyak hal, mengeksplorasi sesuatu yang baru, dan mencari jati dirinya.
"Mungkin untuk remaja yang melakukannya untuk popularitas dan sensasi, itu karena dirinya sedang krisis identitas, atau cari perhatian dari lingkungannya," jelas Kang Azhar. "Mungkin ada yang emang iseng, karena remaja emang masanya buat nyobain hal-hal baru, dan ada juga yang emang pengen jadi beken, dengan cara apa pun.”
Sayang banget emang, kalo cara tersebut dilakukan dengan membuat video cuplikan bermuatan pornografi. Menurut Kang Azhar, seiring dengan semakin mudahnya akses teknologi oleh remaja, maka makin gampang juga mereka terkena efek negatif teknologi itu sendiri. Terlepas dari nilai benar-salahnya melakukan kegiatan seks di luar nikah, seharusnya remaja bisa tahu kalo kegiatan mendokumentasikannya justru lebih salah lagi, dan punya konsekuensi yang sangat fatal. Di sini, Kang Azhar menyoroti aspek seks sebagai sesuatu yang tabu bagi masyarakat Indonesia.
Walaupun remaja udah ngerasa pinter dan bisa mutusin banyak hal sendiri, tetep aja filternya harus datang dari ortu.
"Lagian, perilaku begini adalah buah dari pola asuh anak yang kurang baik. Jika anak ditanamkan pemikiran dan pemahaman tentang sejumlah nilai, terutama mengenai seks dengan tahapan pada tempatnya, pasti anak bakal mengerti kalo satu perbuatan itu salah, dan punya dampak buruk," jelas Kang Azhar.
Seks itu emang kebutuhan yang dasar banget. Dan kalo bicara masa perkembangan di usia remaja, ortu kudunya bisa ngasih pemahaman kalo Belia emang sedang mengalami "perubahan" yang ngebuat Belia jadi tertarik banget sama seks. Hal ini emang dipengaruhi sama pertumbuhan fisiologis Belia, yang dibarengi dengan produksi hormon-hormon seksual. Perkembangan fisiologis ini, ujung-ujungnya ngaruh ke perilaku psikologis, dan perilaku inilah yang harus dipagerin biar enggak keluar jalur. Akan lebih baik kalo ortu Belia bisa ngebantu pada masa-masa usia remaja.
Nah, kalo soal baik-buruknya tindakan ngebikin video porno, silakan Belia nilai sendiri aja deh, secara udah pada gede dan tahu mana yang hitam, putih, dan mana juga yang abu-abu. Yang pasti, belia mau ngajak Belia untuk enggak jadi korban, seperti yang udah dialamin temen-temen kamu yang kurang beruntung dalam menentukan langkahnya.
Ayo kita semua ucapin janji yang dikampanyekan Mas Sony Set dkk. dan jangan mau jadi korban teknologi! ***
syauqy_belia@yahoo.co.uk
Comments