Field Trip ke Trans TV - 29 Juni 07
Pengalaman Penulistangguh Community :)
Re: Field Trip 29 Juni '07
Posted by: "Ade Armando" im_armando@yahoo.com im_armando
Tue Jul 3, 2007 12:33 am (PST)
Ratih, ceritamu lucu dan seru sekali.
Mudah2an, kamu bakal jadi penulis beneran, karena pasti bakal bikin banyak orang lebih bisa menikmati hidup. Mudah2an pula suatu hari nanti, aku bisa juga merasakan nikmatnya berada di mobil yang supirnya Sony Set!
All the best
ade armando
Ratih S Jatmiko wrote:
1. DARI KACA MATA RATIH
Jumat lalu gue serasa katak dalam tempurung yang dibebaskan dari kungkungan, truz berpesta-pora di kolam indah penuh teratai dan nyamuk-nyamuk gurih. Wiiiih.
Meski malemnya begadang karena bebenah, pagi itu habis subuh gue brangkat ke kantor karena niat mulia ngeberesin kerjaan sebelum madol.
Siangnya (gue beruntung banget karena di bawah ada event), pas bos2 gentayangan gue kabuuuuurrr... Urusan kena semprot kumaha engke waelah Gw k Trans TV lengkap dengan buntelan yang belum sempet di-unpack soalnya baru 2 hari menempati rumah baru.
Itu tas isinya otak gue, latest drafts, dia harus ikut ke mana gue pergi. Jadilah gue makin kliatan kaya orang aneh. Mana gak sempet sarapan, gak sempet makan siang. Untung di laci ada kopi kotak, cheetos dan teh kotak buat bekel di jalan (jangan ditiru, not a good combination for your stomach). Parkir gak dapet2... ban rasanya beraaaat banget. Bodo ah, ntar aja dipikirin.
Gua celingukan kayak kucing masuk fitness center. Alhamdulillah, Sony Set Sang Suhu perguruan silat Penulis Tangguh udah mejeng di pintu masuk. Trus wajah familiar yang pertama yang gue liat adalah Ferry. Trus kenalan sama Jarod. Gue gak tau soal Jarod tapi Ferry, seperti halnya gue, dag dig dug setengah mampus.
FYI: jadi guru 15 taon bukan berarti elo jadi kebal sama yang namanya demam presentasi, apalagi jual diri, di tempat seheboh ini. Elo gak perlu makan rujak pedes ato gigit cabe rawit lima sekaligus. Dijamin. Perut pasti mules. Tambahan pula, Sang Suhu dengan resenya bilang bagian yang paling dia nikmati dari field trip adalah ngeliat kita-kita grogi dan salting. Nyebelin!
Karena Mbak Herti udah manggil, kami berempat naik ke lantai 8: Mas Sony, Jarod, Ferry, dan Ratih si panik. Rasanya jantung gue melorot ke lambung.
Duhai Nita, Marlin, Prili, Retno dan Dinda... Hanya Tuhan yang tau betapa aku merindukan kalian... Gimana seeehh... katanya pada mo dateng. Janjimu palsu ahhh.
Sang Executive Producer yang bernama Herti Purba itu--sebagaimana digambarkan Mas Sony--orangnya straightforward, firm, but fair. She's kinda cool. Bukan dia yang gue takut (para editor dan komisi kurikulum di tempat gue kerja tampilannya jauh lebih bengis: gak ragu nyoret2 kerjaan dengan tinta merah, bahkan pake gambar tengkorak lengkap dengan what the hell were you thinking?! atau you call yourself a writer?!) tapi komentar dia tentang apa yang gue perbuat. Takut keliatan bego, itu aja.
Selanjutnya para penumpang Sony Air kloter 1 mulai berdatangan: Lili, Lina, Andre, diikuti Mas David dari kloter 3.
2. AFTER THE PRESENTATION
Karena kursinya gak cukup, Suhu Sony berdiri. Barangkali dengan begitu dia berharap tinggi badannya bakal nambah barang 10 senti lagi, kekekekek.
Kami kongkow sebentar di depan lobby. Gue bengong kayak orang kalah judi. Too much information. Dan hidup gue yang selama ini berkutat di dalam tempurung (LIA? Yes. Liané? No) bener-bener mabok lahir-batin.
Gue rada nyantai setelah sholat bareng Lili dan Lina di mushola lantai 1. Tempatnya enak. Airnya bagus. Mukenanya bersih-bersih. Perlahan-lahan akal sehat gue kembali, ruh mulai nyatu ama raga. Trus mulai bisa ngobrol.
Gua gak peduli lagi soal presentasi gue yang ancur tadi karena gue terlalu seneng. Seneeeng bisa kenalan dengan anak-anak bangsa yang berprofesi sebagai penulis sungguhan: Lina udah melahirkan 2 antologi, 1 novel, dan udah pernah memenangkan lomba penulisan skenario lho! Ferry gak kalah hebat, meskipun belum terbit dia udah kelar nulis 1 novel dan 1 skenario film, dan presentasinya tadi asik. Mbak Herti suka sama idenya. Sebagai penulis jadi-jadian yang selalu terbebani muatan kurikulum (cape deh) dan pembacanya sangat captive, gue menyimpan harapan suatu hari nanti bisa kecipratan, sedikit aja, kreatifitas mereka.
3. NEXT DESTIONATION: TAMINI SQUARE
Mas David dan Lili yang mesti pulang ke Bandung cabut duluan. Kami bertukar salam dan janji untuk berjumpa lagi di dunia maya dan nyata. Gila mereka itu, semangatnya luar biasa!
Lalu Sang Suhu dan para pesilat melanjutkan perjalanan, dengan mobil merah gue: Toyota Corolla DX keluaran taon ‘80. Di loket parkir, blingsatan gue kumat, karcis ilang!
Alhamdulillah akhirnya ktemu juga. Saking perasaan gue campur-aduk gak keruan, gue lupa kalo tadi ban rada berat. Nasib. Kudu nyari tukang tambel ban, neh. Eeeeh, tu ada! Yaaaa, kelewatan deh. Mas Sony yang masih penuh semangat naek mobil jadul, langsung turun dan melakukan penghayatan karakter sebagai tukang parkir.
Smentara gue ngapelin tukang tambel ban, para penghuni Paguyuban Penulis Tangguh yang laen ngetem di sebuah kedai. Tapi gue gak mo kasi rekomendasi. Menurut gue makanan di sana rasanya aneh, walopun pelayannya ramah. Mas Sony sibuk SMS-an ama Puf, ksian, ternyata balik dari Jogja dia demam. Cpet sembuh ya, Puf? Sang Suhu juga sibuk kontak kiri-kanan cari tau tentang calon host buat acaranya Mas David: “Raja.â€
Yak, perjalanan dilanjutkan. Si Jago Merah meluncur melintasi Buncit Raya, belok kiri ke Duren Tiga.
ACT 1
1. EXT. JALAN DUREN TIGA—MENJELANG SENJA
KITA MELIHAT SEPASANG MERPATI PARUH BAYA BERGANDENGAN MESRA. SANG PRIA MENGANGKAT SEKOTAK KERTAS DENGAN SANTAI. BERAT KOTAK TIDAK TERASA KARENA HATINYA SEDANG BERBUNGA-BUNGA.
Here I am, driving within the traffic jam of Jakarta
Calmly, no use to fuss
Three hours has passed
I haven't gone anywhere
Honk! Honk! Beep! Beep!
My tape has played the same old songs three times
Bajaj, angkot, ojek, metro mini, pedestrians, hawkers
Oh, how I dream of flying cars and magic carpets
I'm stuck in a vast sea of vehicles
Dan, setelah Si Jago Merah merayap dari Kalibata ke Jl. Raya Bogor, betis gue yang bukan hasil transplantasi dari Ken Dedes, mulai protes. Mas Sony menawarkan diri melakukan penghayatan karakternya yang kedua sebagai sopir kaleng, “Mau tak gantiin?â€
Enggak usah deh. Ya nggak enak lah. Masa’ Suhu Perguruan Silat disuruh jadi sopir?
Ferry ikutan berbaik hati, “Mau gue yang bawa?â€
Ntar deh. Makan tuh gengsi!!!
Belum satu menit belalu, kaki gue serasa digigit ular, “Mmm... kayaknya boleh juga kalo ada yang mo gantiin.â€
4. TUHAN MAHA ADIL
Nadine Candrawinata yang cantik jelita, ternyata kedodoran waktu harus tampil menyanyi di acara Selebriti Jam.
Melly Goeslaw yang piawai melahirkan lagu merdu dan syair indah, ternyata keteteran ketika harus menulis buku.
Dan Sony Set...
Seorang penulis handal yang sangat produktif, idealis dan profesional
Yang terbiasa menulis sejak usia belia
Yang sudah melahirkan 11 buku dan puluhan (atau ratusan?) episode drama televisi
Yang sudah mendirikan berbagai perguruan silat untuk mendidik dan menyemangati para penulis pemula dan penulis gadungan (seperti gue)
Yang sukses berat dengan kampanye Jangan Bugil Di Depan Kamera...
ternyata...
perempuan?
Bukan!
ternyata...
adalah seorang pengemudi kelas gurem yang gak tau kapan harus ngoper gigi, kapan harus injek kopling, kapan harus ngerem, dan apa yang harus dilakukan supaya mesin tetap hidup.
Menit-menit selanjutnya kami lewati dalam kengerian. Lina yang duduk di belakang gue bolak-balik protes, “Mas Sony! Aku kan belum married! Kasih kesempatan dong! Lalu bibir tipisnya komat-kamit membaca ayat kursi. Hikmah: Lina (dan gue) jadi lebih relijius. Ya Allah, bila ajalku tiba di sini, aku tidak menyesal karena Kau sudah memberiku kesempatan menjadi penulis sungguhan, dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Tolong jaga ibuku, adik-adikku dan suamiku, ya Allah.
Ferry (berusaha) tetap tenang dan terus memelihara senyum manis (terpaksa) di wajahnya. Jarod yang sejak tadi menjadi pendengar yang baik tiba-tiba berkomentar nakal, “Ayo, mau pilih sampe rumah sakit atau kuburan?â€
Sebagai orang yang dalam hidupnya sudah mengalami 3x kecelakaan lalu lintas, komentar Jarod sama sekali gak lucu. Jayus!
Dan yang paling ngeselin...
Mas Sony itu ternyata sedang menjalani pendalaman karakter sebagai raja jalanan yang lagi mabok. “Kamu baru tau ya kalo aku rabun senja, hahahahaha!†Gak lucu! “Habis mobilmu gak matic sih! Hahahahahaha†Lebih gak lucu lagi! Sejak kapan ada mobil taon 80-an yang matic?!! Dan penghayatannya berhasil 200%! Selamat! Aktingnya selesai? Belum. Di tempat parkir kami “thowaf†dan Sang Suhu kembali berdalih, “Wah, mobilmu kok gak pake power steering?!†Plis deh. Udah tau keluaran 80-an!!!
5. INSIDE TAMINI SQUARE
Penderitaan berkepanjangan membuat Lina dan gue harus bergegas melarikan diri ke WC. Alhamdulillah setelah puter-puter kayak orang dansa tango, kami berhasil menemukan tempat syuting dan ketemu dangan sutradara serial lepas Hikayah, Pak Karya.
PENTING
Trans TV masih mencari skrip untuk serial Hikayah edisi Ramadhan:
durasi 90™
scenes + 60
panjang naskah + 65 halaman
tema: remaja (harus ada pencerahan, pertobatan, jangan pake azab2an)
set: 70% indoor
kirim sinopsis ke scriptcreativedrama@gmail.com
6. GOING HOME
Kirain kaki gue udah enakan taunya belom. Akhirnya Ferry yang nyetir. Tawa Suhu Sony membahana membelah langit hingga ke dataran Alaska, "MTV, please pimp my ride!"
Kampret!!!
Udah ah, cape gue. Bos udah mulai ngintip2. Jangan sampe dia tau "perselingkuhan" gue dengan LIA-né.
Re: Field Trip 29 Juni '07
Posted by: "Ade Armando" im_armando@yahoo.com im_armando
Tue Jul 3, 2007 12:33 am (PST)
Ratih, ceritamu lucu dan seru sekali.
Mudah2an, kamu bakal jadi penulis beneran, karena pasti bakal bikin banyak orang lebih bisa menikmati hidup. Mudah2an pula suatu hari nanti, aku bisa juga merasakan nikmatnya berada di mobil yang supirnya Sony Set!
All the best
ade armando
Ratih S Jatmiko
1. DARI KACA MATA RATIH
Jumat lalu gue serasa katak dalam tempurung yang dibebaskan dari kungkungan, truz berpesta-pora di kolam indah penuh teratai dan nyamuk-nyamuk gurih. Wiiiih.
Meski malemnya begadang karena bebenah, pagi itu habis subuh gue brangkat ke kantor karena niat mulia ngeberesin kerjaan sebelum madol.
Siangnya (gue beruntung banget karena di bawah ada event), pas bos2 gentayangan gue kabuuuuurrr... Urusan kena semprot kumaha engke waelah Gw k Trans TV lengkap dengan buntelan yang belum sempet di-unpack soalnya baru 2 hari menempati rumah baru.
Itu tas isinya otak gue, latest drafts, dia harus ikut ke mana gue pergi. Jadilah gue makin kliatan kaya orang aneh. Mana gak sempet sarapan, gak sempet makan siang. Untung di laci ada kopi kotak, cheetos dan teh kotak buat bekel di jalan (jangan ditiru, not a good combination for your stomach). Parkir gak dapet2... ban rasanya beraaaat banget. Bodo ah, ntar aja dipikirin.
Gua celingukan kayak kucing masuk fitness center. Alhamdulillah, Sony Set Sang Suhu perguruan silat Penulis Tangguh udah mejeng di pintu masuk. Trus wajah familiar yang pertama yang gue liat adalah Ferry. Trus kenalan sama Jarod. Gue gak tau soal Jarod tapi Ferry, seperti halnya gue, dag dig dug setengah mampus.
FYI: jadi guru 15 taon bukan berarti elo jadi kebal sama yang namanya demam presentasi, apalagi jual diri, di tempat seheboh ini. Elo gak perlu makan rujak pedes ato gigit cabe rawit lima sekaligus. Dijamin. Perut pasti mules. Tambahan pula, Sang Suhu dengan resenya bilang bagian yang paling dia nikmati dari field trip adalah ngeliat kita-kita grogi dan salting. Nyebelin!
Karena Mbak Herti udah manggil, kami berempat naik ke lantai 8: Mas Sony, Jarod, Ferry, dan Ratih si panik. Rasanya jantung gue melorot ke lambung.
Duhai Nita, Marlin, Prili, Retno dan Dinda... Hanya Tuhan yang tau betapa aku merindukan kalian... Gimana seeehh... katanya pada mo dateng. Janjimu palsu ahhh.
Sang Executive Producer yang bernama Herti Purba itu--sebagaimana digambarkan Mas Sony--orangnya straightforward, firm, but fair. She's kinda cool. Bukan dia yang gue takut (para editor dan komisi kurikulum di tempat gue kerja tampilannya jauh lebih bengis: gak ragu nyoret2 kerjaan dengan tinta merah, bahkan pake gambar tengkorak lengkap dengan what the hell were you thinking?! atau you call yourself a writer?!) tapi komentar dia tentang apa yang gue perbuat. Takut keliatan bego, itu aja.
Selanjutnya para penumpang Sony Air kloter 1 mulai berdatangan: Lili, Lina, Andre, diikuti Mas David dari kloter 3.
2. AFTER THE PRESENTATION
Karena kursinya gak cukup, Suhu Sony berdiri. Barangkali dengan begitu dia berharap tinggi badannya bakal nambah barang 10 senti lagi, kekekekek.
Kami kongkow sebentar di depan lobby. Gue bengong kayak orang kalah judi. Too much information. Dan hidup gue yang selama ini berkutat di dalam tempurung (LIA? Yes. Liané? No) bener-bener mabok lahir-batin.
Gue rada nyantai setelah sholat bareng Lili dan Lina di mushola lantai 1. Tempatnya enak. Airnya bagus. Mukenanya bersih-bersih. Perlahan-lahan akal sehat gue kembali, ruh mulai nyatu ama raga. Trus mulai bisa ngobrol.
Gua gak peduli lagi soal presentasi gue yang ancur tadi karena gue terlalu seneng. Seneeeng bisa kenalan dengan anak-anak bangsa yang berprofesi sebagai penulis sungguhan: Lina udah melahirkan 2 antologi, 1 novel, dan udah pernah memenangkan lomba penulisan skenario lho! Ferry gak kalah hebat, meskipun belum terbit dia udah kelar nulis 1 novel dan 1 skenario film, dan presentasinya tadi asik. Mbak Herti suka sama idenya. Sebagai penulis jadi-jadian yang selalu terbebani muatan kurikulum (cape deh) dan pembacanya sangat captive, gue menyimpan harapan suatu hari nanti bisa kecipratan, sedikit aja, kreatifitas mereka.
3. NEXT DESTIONATION: TAMINI SQUARE
Mas David dan Lili yang mesti pulang ke Bandung cabut duluan. Kami bertukar salam dan janji untuk berjumpa lagi di dunia maya dan nyata. Gila mereka itu, semangatnya luar biasa!
Lalu Sang Suhu dan para pesilat melanjutkan perjalanan, dengan mobil merah gue: Toyota Corolla DX keluaran taon ‘80. Di loket parkir, blingsatan gue kumat, karcis ilang!
Alhamdulillah akhirnya ktemu juga. Saking perasaan gue campur-aduk gak keruan, gue lupa kalo tadi ban rada berat. Nasib. Kudu nyari tukang tambel ban, neh. Eeeeh, tu ada! Yaaaa, kelewatan deh. Mas Sony yang masih penuh semangat naek mobil jadul, langsung turun dan melakukan penghayatan karakter sebagai tukang parkir.
Smentara gue ngapelin tukang tambel ban, para penghuni Paguyuban Penulis Tangguh yang laen ngetem di sebuah kedai. Tapi gue gak mo kasi rekomendasi. Menurut gue makanan di sana rasanya aneh, walopun pelayannya ramah. Mas Sony sibuk SMS-an ama Puf, ksian, ternyata balik dari Jogja dia demam. Cpet sembuh ya, Puf? Sang Suhu juga sibuk kontak kiri-kanan cari tau tentang calon host buat acaranya Mas David: “Raja.â€
Yak, perjalanan dilanjutkan. Si Jago Merah meluncur melintasi Buncit Raya, belok kiri ke Duren Tiga.
ACT 1
1. EXT. JALAN DUREN TIGA—MENJELANG SENJA
KITA MELIHAT SEPASANG MERPATI PARUH BAYA BERGANDENGAN MESRA. SANG PRIA MENGANGKAT SEKOTAK KERTAS DENGAN SANTAI. BERAT KOTAK TIDAK TERASA KARENA HATINYA SEDANG BERBUNGA-BUNGA.
Here I am, driving within the traffic jam of Jakarta
Calmly, no use to fuss
Three hours has passed
I haven't gone anywhere
Honk! Honk! Beep! Beep!
My tape has played the same old songs three times
Bajaj, angkot, ojek, metro mini, pedestrians, hawkers
Oh, how I dream of flying cars and magic carpets
I'm stuck in a vast sea of vehicles
Dan, setelah Si Jago Merah merayap dari Kalibata ke Jl. Raya Bogor, betis gue yang bukan hasil transplantasi dari Ken Dedes, mulai protes. Mas Sony menawarkan diri melakukan penghayatan karakternya yang kedua sebagai sopir kaleng, “Mau tak gantiin?â€
Enggak usah deh. Ya nggak enak lah. Masa’ Suhu Perguruan Silat disuruh jadi sopir?
Ferry ikutan berbaik hati, “Mau gue yang bawa?â€
Ntar deh. Makan tuh gengsi!!!
Belum satu menit belalu, kaki gue serasa digigit ular, “Mmm... kayaknya boleh juga kalo ada yang mo gantiin.â€
4. TUHAN MAHA ADIL
Nadine Candrawinata yang cantik jelita, ternyata kedodoran waktu harus tampil menyanyi di acara Selebriti Jam.
Melly Goeslaw yang piawai melahirkan lagu merdu dan syair indah, ternyata keteteran ketika harus menulis buku.
Dan Sony Set...
Seorang penulis handal yang sangat produktif, idealis dan profesional
Yang terbiasa menulis sejak usia belia
Yang sudah melahirkan 11 buku dan puluhan (atau ratusan?) episode drama televisi
Yang sudah mendirikan berbagai perguruan silat untuk mendidik dan menyemangati para penulis pemula dan penulis gadungan (seperti gue)
Yang sukses berat dengan kampanye Jangan Bugil Di Depan Kamera...
ternyata...
perempuan?
Bukan!
ternyata...
adalah seorang pengemudi kelas gurem yang gak tau kapan harus ngoper gigi, kapan harus injek kopling, kapan harus ngerem, dan apa yang harus dilakukan supaya mesin tetap hidup.
Menit-menit selanjutnya kami lewati dalam kengerian. Lina yang duduk di belakang gue bolak-balik protes, “Mas Sony! Aku kan belum married! Kasih kesempatan dong! Lalu bibir tipisnya komat-kamit membaca ayat kursi. Hikmah: Lina (dan gue) jadi lebih relijius. Ya Allah, bila ajalku tiba di sini, aku tidak menyesal karena Kau sudah memberiku kesempatan menjadi penulis sungguhan, dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Tolong jaga ibuku, adik-adikku dan suamiku, ya Allah.
Ferry (berusaha) tetap tenang dan terus memelihara senyum manis (terpaksa) di wajahnya. Jarod yang sejak tadi menjadi pendengar yang baik tiba-tiba berkomentar nakal, “Ayo, mau pilih sampe rumah sakit atau kuburan?â€
Sebagai orang yang dalam hidupnya sudah mengalami 3x kecelakaan lalu lintas, komentar Jarod sama sekali gak lucu. Jayus!
Dan yang paling ngeselin...
Mas Sony itu ternyata sedang menjalani pendalaman karakter sebagai raja jalanan yang lagi mabok. “Kamu baru tau ya kalo aku rabun senja, hahahahaha!†Gak lucu! “Habis mobilmu gak matic sih! Hahahahahaha†Lebih gak lucu lagi! Sejak kapan ada mobil taon 80-an yang matic?!! Dan penghayatannya berhasil 200%! Selamat! Aktingnya selesai? Belum. Di tempat parkir kami “thowaf†dan Sang Suhu kembali berdalih, “Wah, mobilmu kok gak pake power steering?!†Plis deh. Udah tau keluaran 80-an!!!
5. INSIDE TAMINI SQUARE
Penderitaan berkepanjangan membuat Lina dan gue harus bergegas melarikan diri ke WC. Alhamdulillah setelah puter-puter kayak orang dansa tango, kami berhasil menemukan tempat syuting dan ketemu dangan sutradara serial lepas Hikayah, Pak Karya.
PENTING
Trans TV masih mencari skrip untuk serial Hikayah edisi Ramadhan:
durasi 90™
scenes + 60
panjang naskah + 65 halaman
tema: remaja (harus ada pencerahan, pertobatan, jangan pake azab2an)
set: 70% indoor
kirim sinopsis ke scriptcreativedrama@gmail.com
6. GOING HOME
Kirain kaki gue udah enakan taunya belom. Akhirnya Ferry yang nyetir. Tawa Suhu Sony membahana membelah langit hingga ke dataran Alaska, "MTV, please pimp my ride!"
Kampret!!!
Udah ah, cape gue. Bos udah mulai ngintip2. Jangan sampe dia tau "perselingkuhan" gue dengan LIA-né.
Comments