Steve Jobs dan saya
Sesungguhnya, saya nyaris tidak sempat menulis blog ini yang selama beberapa lama tersia-sia, akibat saya sok sibuk. Tapi karena hari ini saya berulang tahun, saya mencoba menuliskan beberapa pemikiran saya yang selama ini saya pendam...halah.
Ok, sehari sebelumnya, tepatnya sekitar jam 19.30 pada 30 Oktober 2011, saya bertemu dengan Mel. Mel ini teman dari rekan saya, Harry Van Yogya, tukang Becak Top yang udah terkenal seantero jagad. Tapi kali ini saya hanya bertemu Mel saja. Kami janjian di lobi hotel Victoria Park di belakang hotel Ambassador, jl. Laksamana Adi Sucipto. Mel kebetulan bekerja sebagai PR merangkap Marketing hotel ini. Nah, obrolan saya dan dia malam itu berputar di soal PR dan Marketing. Walaupun saya nggak punya basic di bidang perhotelan, tapi saya pernah menjadi P.R untuk Oracle dan Cisco pada 1999 [ lama sekali.....]
Mel meminta saya masukan untuk hotel yang 'dibimbingnya'. FYI, Victoria Park adalah hotel bisnis kelas Bintang 3. Hotel ini hanya mempunyai 66 kamar dan sering digunakan instansi ataupun para pebisnis yang lebih membutuhkan hotel yang simple dan dekat dengan jalur utama kota Jogja. Mel meminta saya untuk menghubungkan dengan beberapa calon klien seperti perusahaan Telco, BUMN maupun perbankan.
Sebelum ngobrol soal klien, saya tanya ke Mel, berapa besar bandwith internet yang dipasang di hotel ini? Berapa meter jangkauan jaringan Wifii yang bisa digunakan untuk internet dari lantai 1 hingga lantai 3. Mel tentu saja kelabakan dengan pertanyaan saya. Secara dia orang komunikasi PR, dia tidak mempunyai cukup informasi tentang teknologi IT yang diimplementasikan di hotel ini.
tel
ok lah, saya terangkan ke Mel, sebagai hotel Bisnis, maka orang yang masuk ke hotel ini jelas tipe orang-orang yang selalu ingin terhubung dengan internet. Faktor bandwith, kemudahan akses hingga fasilitas nirkabel adalah prasyarat utama yang justru lebih banyak dicari para pelanggan hotel bisnis. Soal service, semua hotel saya rasa sama saja. Tetapi, fasilitas Bandwith internet, bisa membuat sebuah Hotel menjadi begitu disukai para tamunya. Saya bilang ke Mel, coba saja naikkan bandwith hotel menjadi 3 kali lipat. Ini akan menjadi pelayanan tambahan yang sangat disukai para tamu.
Kami ngobrol panjang lebar, Mel tanya lagi ke Saya, apa saja yang bisa membuat sebuah hotel mempunyai pelanggan fanatik. Ha? Saya menjadi 'agak sok tahu', saya bilang ke dia, ada sebuah hotel yang hidup karena fanatisme komunitas. Misalnya beberapa klub motor besar yang sering datang ke Jogja dan menginap di salah satu hotel tertentu. Ada juga beberapa artis yang justru memilih tinggal di hotel Hyatt yang terletak jauh di Monjali, Jogja Utara. Nah, karena jenis hotel Victoria adalah jenis hotel bisnis, maka sebaiknya, hotel ini membentuk dirinya sebagai hotel bervisi para pebisnis.
Lha caranya? Sebenarnya kompleks, tapi saya bilang ke Mel, sebaiknya ia menyasar para penggila gadget. Kita bisa memanfaatkan momentum para gadget freak yang begitu tergila-gila dengan produk Apple. Mengapa Apple? Karena komunitas dan pengguna gadget ini masuk dalam kategori fanatis terhadap produk.
"Pasang aja foto mendiang Steve Jobs di dinding besar lobi hotel. Pasti para pengunjung hotel akan terkesima dan akan berfoto dengan latar foto Steve Jobs ukuran raksasa..." jelas Saya dengan setengah bercanda. Nggak dinyana, Mel tiba-tiba justru setuju dengan ide ini. Dan tahukah kawan, mari kita berdoa bersama, suatu hari, sebuah dinding dengan foto besar Steve Jobs, bapak pendiri Apple, akan terpasang di hotel Vicotoria Park Jogjakarta....
Comments