Strategi Komunikasi : Public relations & Personal Branding Tokoh Partai Politik
Strategi Komunikasi : Public relations & Personal Branding Tokoh Partai Politik
Di hari-hari belakangan ini, kita sering mengamati berbagai macam iklan-iklan bernuansa politik. Dimulai dengan iklan kampanye Pilkada yang menampilkan sosok calon gubernur dengan berbagai atribut dan jargon politiknya. Temanya hampir seragam, tentang kerakyatan dan janji-janji untuk membangun daerah bila terpilih. Lalu muncul iklan politik pilkada yang menampilkan berbagai macam "perbuatan baik" dari tokoh-tokoh calon gubernur. Dari sekedar adegan menyumbang sesuatu, memeluk anak kecil, berjalan bersama rakyat di pedesaan sampai simbol-simbol menokohkan sang calon kepala daerah sebagai orang arif bijaksana.
Nilai belanja iklan para calon-calon kepala daerah yang dibelanjakan diberbagai media, cetak dan elektronik mencapai ratusan juta rupiah. Bahkan, terdengar isu, salah seorang calon kepala daerah di wilayah pemilihan Jawa Tengah konon mengeluarkan 1 Milyar rupiah sebagai upaya personal branding lewat iklan.
Angka segitu belum apa-apanya dibandingkan iklan para ketua partai besar yang ditengarai sedang mempersiapkan diri menuju kursi RI-1. Sebut saja Wiranto, Prabowo dan Sutrisno Bachir. Nama yang disebut belakangan ini konon kabarnya menggelontorkan belanja iklan hingga 30 milyar rupiah.
Fantastis? Atas nama strategi komunikasi, sah-sah saja. Membuang uang sebesar apapun demi sebuah iklan yang menarik dan efektif adalah hal yang lumrah. Tetapi pertanyaannya, apakah dengan iklan dengan anggaran segede gajah akan mampu memberikan lebih dari sekedar pengetahuan? Sebuah awarenes mungkin adalah hal yang paling maksimal yang bisa ditangkap dengan menggunakan strategi iklan. Tetapi awareness tidaklah cukup, karena masih ada 2 step lagi, yaitu attitude dan action!
Public Relations : Awareness, Attitude and Action!
Kesadaran, bersikap dan bertindak. Sebuah mantra di dunia PR yang didengung-dengungkan sejak dulu. Strategi PR hadir sebagai alat bantu untuk mendekatkan sebuah rencana menuju ke sebuah keberhasilan. Jika iklan dihadirkan untuk menunjukkan sebuah produk atau seorang tokoh yang memuji-muji dirinya sendiri lewat jargon-jargon bombastis khas iklan, maka PR melakukan hal yang berbeda.
PR membentuk persepsi dan personal branding yang dinyatakan lewat orang lain. Dalam strategi PR, sangat dihindari penggunaan kata-kata : Akulah yang terbaik, Saya yang memberikan Solusi, Saya pemimpin Anda, Pilihlah Saya, Saya siap membangun Indonesia. Hal itu terdengar nonsens, omong kosong yang digelontorkan jargon iklan, seolah mencoba menggunakan strategi komunikasi KECAP Nomor Satu!!!
Komunikasi PR selalu menggunakan pendapat orang lain untuk mendukung tokoh/produk/sesuatu hingga bisa membentuk persepsi masyarakat yang secara getuk tular, mobile, broadcasting dan virtual, mendukung tokoh yang disiapkan.
Contoh kampanye PR yang sangat dahsyat ditunjukkan oleh Al-Gore, mantan wakil presiden Amerika Serikat yang sukses mengkampanyekan Global Warming lewat film dokumenter dan presentasi buatannya yang berjudul Inconvenient Truth. Al Gore membawa isu tentang pemanasan global dan mengajak seluruh dunia untuk care terhadap masalah pencemaran dan kelestarian lingkungan. Namun pendekatan Al Gore tidak konvensional, ia menggunakan pendekatan cerdik dengan memanfaatkan internet, isu pemanasan global dan mengkaitkannya dengan hancurnya ekosistem dengan visualisasi semakin mencairnya kutub utara dan selatan. Plus, ditambah kemampuannya membuat presentasi serius tentang global warming yang dipadukan dengan humor kartun ala Bart Simpsons. Kini, siapa di antara kita yang tidak mengenal isu Global Warming? Isu yang berkembang dengan strategi PR dan mendunia tanpa harus melibatkan kekuatan iklan di awal pemunculannya. Hebatnya, isu Global Warming kini masuk ke dunia komersial dan secara drastis mempengaruhi dunia periklanan yang selalu mengkaitkan isu global warming dengan produk yang dipromosikannya. Ini dia yang disebut PR mengubah dunia iklan. Global Warming menjadi isu sexy yang diserap segala macam strategi komunikasi. Bahkan, yang ajaib, beberapa perusahaan rokok turut serta mengembangkan kampanye Global Warming. What a Paradox ? :)
Kembali ke soal Personal Branding, membentuk sebuah personal brand bagi tokoh-tokoh politik yang siap terjun di Pemilu 2009 tentunya bukan perkara yang mudah. Kecuali seorang public figure, mantan artis atau orang-orang yang dekat dengan media dan rakyat, strategi yang dibuat tidak semudah yang dikira. Namun ini tantangannya, meraih pencitraan tokoh tanpa harus menepuk dada, meraih publisitas tanpa iklan, menggerakkan masyarakat untuk melakukan Action, bukan hanya sekedar tahu dan kenal. PR mempunyai tantangan yang lebih berat.
Dengan menggunakan konsep PR, syarat pertama yang harus dilalui adalah kita berusaha membuat seseorang tokoh dikenal bukan karena tampilan narsis pada iklan. Melainkan sebuah strategi pencitraan atas dasar komentar banyak orang atau sebuah kegiatan yang spektakuler yang membuat seorang tokoh mendadak menjadi terkenal di masyarakat. Dilihat dari biayanya, strategi PR jauh lebih murah dibandingkan strategi iklan. PR dapat ditujukan secara fokus pada setiap segmen masyarakat. Bahasanya bisa berbeda-beda sesuai tingkat intelektualitas
masyarakat, tetapi mengandung 1 unsur bahasan yang sama. Sedangkan, iklan selalu kehabisan waktu untuk berkata-kata, ia hanya hadir dalam satu lembar atau berapa menit tayangan iklan di televisi, dengan biaya yang sangat mahal dan dengan cepat menghabiskan budget iklan Anda. Sedangkan PR mempunyai durasi yang panjang, bisa menjadi format talkshow, acara televisi, liputan 1 halaman, liputan berseri hingga berbagai bentuk komunikasi media massa tanpa batas.
Saat ini Penulis sedang melaksanakan sebuah strategi PR Personal Branding pada seorang tokoh politik yang mencoba maju menjadi seorang calon legislatif. Awalnya, penulis bertemu beliau dan membicarakan sebuah strategi unik yang bisa mencitrakan dirinya secara cepat dan tepat. Penulis mencoba menghindari pendekatan iklan dan murni menggunakan pendekatan PR untuk mengenalkan sang tokoh ke media massa dan masyarakat. Boleh dibilang, strategi PR Personal Branding adalah sebuah gerakan Silent Operation, tetapi pada waktunya, akan dilaunching secara luas lewat berbagai media massa.
Beberapa orang dari tokoh politik dan tokoh masyarakat pernah bertanya ke penulis, bagaimana caranya masuk menjadi narasumber di acara talkshow televisi nasional? Mereka bahkan menawarkan berapapun biayanya untuk bisa masuk ke dalam acara tersebut, kalau perlu bisa menjadi tamu khusus diberbagai acara yang disiarkan. Penulis berusaha memberikan masukan ke mereka, bahwa tidak semudah itu televisi mau mengundang mereka menjadi narasumber, bahkan televisi sering menolak pesanan khusus orang-orang yang rela membayar hanya untuk tampil. Karena bagi mereka, narasumber harus orang yang sudah dikenal masyarakat dan mempunyai isu yang kompeten.
Nah masalahnya, bagaimana menciptakan tokoh dan isu yang kompeten sehingga menarik perhatian media massa? Percayalah, hanya strategi PR yang bisa membuatnya.
Ini salah satu kelemahan para calon-calon pimpinan dan wakil rakyat yang saat ini sedang bersiap masuk di arena pemilu 2009. Mereka hanya berpikir dengan menggunakan kekuatan uang dan nama besar partai, padahal yang lebih dibutuhkan dari sebuah strategi PR bukanlah seberapa besar kekuatan partai Anda, melainkan, seberapa menarik dan unik PR Personal Branding yang dipadukan dengan kecerdasan dan performa Anda.
Saya masih berharap, Sutrisno Bachir, Wiranto,Prabowo dan tokoh-tokoh calon wakil rakyat yang lain, mengubah strategi komunikasi mereka. Tidak ada yang salah dalam beriklan, tetapi lebih baik, Anda menggunakan strategi PR dan personal Branding yang unik. Nggak jamannya lagi selalu menyebut-nyebut diri Anda sendiri sebagai yang terbaik atau kelebihan menarsiskan diri lewat iklan.
Lebih baik rakyat atau orang lain yang mengatakan bahwa Anda itu baik dan cocok menjadi wakil mereka. Dan begitulah seharusnya strategi PR bekerja...
Sony Set
TV Lab Communications.
PR & Personal Branding Services.
http://tvLab.bLogspot.com
0818 936 046
Comments