Satu Tahun Jangan Bugil di Depan Kamera!


Tepat pada 11 April 2007, gerakan “Jangan Bugil di Depan Kamera!” disiarkan secara sederhana dengan menggunakan jaringan internet. Dengan mengandalkan kekuatan mailing list dan email, dimulailah sebuah penyebaran pesan berantai yang menyuarakan kepedulian dan keprihatinan terhadap maraknya kasus kecanduan dan perilaku pornografi di masyarakat. Berbekal semboyan unik dan janji, ‘Demi masa depan kita dan Indonesia yang lebih baik, kami berjanji tidak akan pernah bugil di depan kamera!’, kampanye awal gerakan JBDK bertujuan menggerakkan komponen anak muda bangsa untuk bersama-sama melawan kegilaan pornografi mulai dari dalam diri sendiri. Di lihat dari geografis, kampanye JBDK dimulai di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Kampanye ini menunjukkan sebuah ide lokal yang berisi muatan global, menggabungkan cara kreatif melawan pengaruh buruk pornografi dengan cerdas, teliti dan belajar. Melawan penyimpangan pornografi harus disikapi dengan sangat serius. Sebaiknya tidak menggunakan pendekatan emosional atau turun berdemonstrasi ke jalan yang berpotensi mengakibatkan chaos, melainkan menggunakan strategi terpadu melihat ‘bangunan pornografi’ secara menyeluruh.

Menurut buku ‘500+ Gelombang Video Porno Indonesia’ dan badan survey internet TopTenReviews.com, industri pornografi dunia menghasilkan uang Rp. 886 trilyun! Total pendapatan bisnis pornografi dunia mengalahkan total pendapatan 8 perusahaan teknologi informasi terbesar di dunia (Microsoft, Google, Amazon, eBay, Yahoo!, Apple, Netflix dan Earthlink).

Amerika Serikat menghasilkan rata-rata13.140 video sex setiap tahun. Artinya, setiap 39 menit, sebuah video sex terbaru diproduksi negara superpower tersebut. Data di atas belum menggambarkan tingkat pembajakan yang diestimasikan 5-10 kali lipat dibandingkan data penjualan industri pornografi yang legal. Dari data statistik tersebut, maka sebenarnya kita sedang menghadapi kekuatan luar biasa yang mampu menghancurkan dunia tanpa harus mengobarkan perang fisik, melainkan dengan penghancuran moral bangsa lewat industri pornografi.

Wacana kreatif yang membuka wawasan terhadap wajah pornografi secara keseluruhan saat ini telah menyebar luas lewat media massa. Kita mulai belajar dengan cerdas dan cermat melihat kegilaan pornografi dari hulu menuju hilir. Dari data statistik industri pornografi dunia hingga ratusan video mesum yang dibuat menggunakan kamera handphone oleh anak negeri. Dari skandal pornografi kelas dunia yang melibatkan negara-negara adi kuasa hingga kasus video porno yang melibatkan wakil rakyat, Yahya Zaini, anggota DPR yang terhormat pada 2006. Lalu terbukalah mata kita terhadap berbagai macam penyimpangan pornografi yang justru dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa. Saat ini, berita video dan foto mesum yang dibuat anak-anak muda kita, setiap hari menghiasi layar kaca, radio, internet dan media cetak. Mereka terjebak di dalam penyalahgunaan teknologi terkini yang sengaja/tidak sengaja digunakan untuk merekam aktifitas seksual. Mereka menjadi pembuat film sex independen, mengerjakan secara tertutup, namun anehnya, hasil karyanya disebarluaskan lewat internet dan handphone. Mereka menjadi aktor-aktris porno dengan cara instan, mencemari diri sendiri dan melemparkan candu kegilaannya ke seluruh negeri.

Indonesia yang kronis, ketika baru-baru ini di berbagai media massa, negeri ini disebutkan sebagai negara pengakses peringkat 7 dunia untuk berbagai jutaan situs porno yang tersebar di internet. Masih belum cukup? Indonesia tercatat sebagai 10 besar peringkat dunia, sebagai negara pembajak software dan film dalam bentuk cakram padat.

Masalah penyimpangan pornografi telah membelit setiap sektor kehidupan. Masuk melalui internet, ke dalam media penyimpan di komputer-komputer kantor, lewat jaringan kampus, menelusup lewat warnet lalu materi-materi tersebut dinikmati secara massal di seluruh negeri. Film porno bajakan menggunakan media tradisional, tersebar lewat jutaan cakram padat dan menembus daerah dusun terpencil. Dinikmati bersama-sama atau sembunyi-sembunyi, seusai perhelatan pesta, kendurian maupun acara-acara keluarga khas pedesaan. Kita menjadi konsumen tergila, dengan candu film porno. Kita menikmatinya, dan tanpa sadar, kita sedang digiring menjadi pelaku pornografi berikutnya, dari kota menuju desa, dari Sabang sampai Merauke.

bersambung

Comments

Antown said…
yang pertama ingin saya katakan adalah "selamat". Saya salut sama blog ini yang dari dulu masih eksis hingga sekarang.
semoga sukses nih. oya boleh kita share soal dunia tv? saya sempat menulis di blog saya lho...

salam