New Media - Digital Mobile Applcation - #enggres


Contoh Buku Interaktif yg dibuat dgn 'Open Source' SDK

 
Beberapa hari belakangan ini, saya disibukkan dengan kegiatan meeting & silaturahmi antar teman pegiat perbukuan, digital media, pemodal dan rekan kerja yg punya cita-cita yang sama : to Develop a New Media!

Sebenarnya apa sih yg sedang saya bicarakan? Saya bertemu dengan teman bernama Amang, dia pegiat perbukuan dan konsultan penerbitan yg berakun twitter @scriptozoid & tetap ngeblog di http://scriptozoid.blogspot.com

Saya dan Mas Amang punya pandangan yang sama terhadap perkembangan New Media. Kami membayangkan sebuah dunia digital mobile yg merupakan satu kesatuan gadget plus konten penerbitan baik berbentuk buku, majalah, literatur dan segala konten multimedia interaktif. Masa depan New Media ada di sana. Saya habiskan waktu ngobrol ngalor ngidul bersama Mas Amang di Mal FX Senayan. Kami mencoba saling berbagi pandangan tentang perkembangan teknologi terkini dan kesempatan besar di masa depan.

Oh ya, di malam pertemuan kami, sempat bergabung mas Bambang Elfiantono, Head unit Production Trans7 dan Mas Toro, Ownernya Shandika Widhya Sinema. Kita ngobrol di 'warung' Sate Senayan lobby FX mal. Dari sekedar ngomong serius sampai guyon digital media yang tidak bertuan.

Tidak Bertuan?

Saya bilang ke Amang bahwa Digital Media adalah sebuah keharusan. Setiap penerbit, penulis, pemerhati buku harus bersiap hijrah ke media ini. Paradigma kertas menjadi media digital saat ini saling dirumuskan menjadi format baru yang siap disajikan. Dari sekedar format PDF dan EPUB hingga proses pembuatan aplikasi multimedia yang siap dijalankan layaknya sebuah game.

Masalahnya, tidak semua penerbit yang siap dengan format multimedia Aplikasi. Mereka masih berpatokan dengan standar PDF dan EPUB. Padahal, jika mereka mengubah format kontennya menjadi aplikasi, akan jauh lebih menguntungkan dan lebih interaktif.

Mas Amang memberitahukan ke saya kalau Mizan telah bergerak menuju pembuatan buku interaktif digital dalam bentuk aplikasi. Kalau kita masuk ke Google Play/Android Market nama Mizan Publisher berkibar di sana. Saya katakan, ini adalah sebuah revolusi yang sudah dinyalakan! Kita tinggal menunggu waktu penerbit-penerbit lainnya mengikuti jejak Mizan masuk ke kancah Aplikasi Digital Publishing.

Pertanyaan berikutnya : Bagaimana caranya membuat aplikasi Mobile Digital? Step detailnya bagaimana? Hmmm... pertanyaan ini sebenarnya butuh jawaban yang panjang. Tapi saya coba terangkan sedikit ya, yang harus dilakukan oleh penerbit adalah membentuk tim coder, desainer, tester & Animator untuk bisa menghasilkan beragam aplikasi. Tim ini disebut Tim Mobile Developer. Tugasnya membuat format aplikasi digital mobile interaktif seperti game dan buku interaktif sesuai pesanan wacana. Tim ini juga bertugas mengunggah aplikasi digital yang selesai dibuat ke market Android / Google Play (untuk segala jenis tablet dan smartphone Android) dan market iTunes (Untuk market iOS Apple - iPad dan iPhone). Tim ini juga bertugas menjaga 'lapak' digital, mencermati tingkat penjualan dan bertanggung jawab penuh terhadap QC aplikasi Digital.

Simpel kan? Hmmmm...kelihatannya iya. Tapi ada beberapa masalah teknis yang harus dipikirkan. Selain masalah coding pemrograman, juga harus diperhatikan aspek pengembangan yang cepat, rapid dan terintegrasi secara terus menerus. Seperti apa gambarannya? Sebenarnya Saya pribadi sedang menyusun pola kerja Digital Mobile Publisher yang bisa ditiru siapapun yang tertarik mengembangkan aplikasi mobile untuk kanal digital publishernya. Memberikan sebuah cara menarik bagi setiap publisher di Indonesia yang ingin tembus ke level dunia lewat Google Play, Amazon dan iTunes. Cara ini sebenarnya agak detail untuk dijelaskan, karena membutuhkan ratusan halaman dan berbagai macam sample aplikasi yang saya buat. Selain itu, saya juga sedang menuliskan aspek legal yang berkaitan dengan engine atau software SDK untuk membentuk produk Digital Publishing.

 

(Contoh Buku Interaktif dengan solusi Non Adobe - Free Royalty Software)



Saya bilang ke Amang, saya menggunakan sebuah solusi software yang tidak bergantung dengan software besar seperti Adobe. Seperti kita tahu, solusi digital yang ditawarkan Adobe memang sangat menggiurkan dan mudah. Tetapi, Adobe memberikan beberapa klausul yang cukup memberatkan, diantaranya mengenai masalah pemotongan royalty terhadap produk kita apabila produk buatan kita yang dijual via digital market mencapai jumlah penjualan tertentu. Lalu, apakah ada solusi lain selain Adobe? Saya mengumpulkan berbelas solusi yang bebas Royalty, Cross Platform dan mudah diaplikasikan oleh siapa saja.

Mudah? Semoga saya tidak salah, yang saya ingin bagikan di sini, adalah sebuah upaya mengembangkan New Media dengan penggunaan Open Source dan Software SDK yang tidak terkena masalah pemotongan Royalty. Nah, cara ini sepertinya masih baru dilakukan di Indonesia. Saya melakukan penelitian, hampir 80% solusi Mobile Digital Media di Indonesia menggunakan Adobe untuk membuat beragam aplikasi. Termasuk perusahaan sebesar Mizan, TransCorp dan Gramedia.

Atau Anda punya data baru? Tolong beritahu saya, siapa saja perusahaan besar yang masih bergantung dengan solusi Royalty berbayar :)

Ah, saya sudah melantur terlalu banyak pagi ini. Saya mau pamit mundur dulu. Ini hari minggu, saatnya main basket dan senang-senang.

Salam New Media,


Sony Set
Praktisi, Mobile Developer dan Pemain Basket amatir :)

Comments

kawiwara.my.id said…
ijin copy paste di http://openmadiun.com yah om.... tautan aslinya akan tetap saya cantumkan
Lha, tulisan New Media yg mencerahkan. Izin berbagi.
Unknown said…
Monggo silahkan, salam NEW MEDIA :)
Unknown said…
info yang bagus.. :)
MT said…
Terima kasih. Siap hijrah!