Wakil Rakyat, Pajak, Atlantis, Yunani dan Tukang Becak
Wakil Rakyat, Pajak, Atlantis, Yunani dan Tukang Becak
Apa yang kita bayangkan bila wakil rakyat kita keranjingan pelesiran ke luar negeri?
Beberapa hari belakangan ini, kita dikejutkankembali dengan rencana para wakil rakyat yang 'ngebet' studi banding dengan tujuan belajar etika ke negeri Yunani.
Mari kita berpikiran positif saja, para wakil rakyat kita ingin belajar filsafat atau segala macam ilmu beretika ala filsuf ternama asal Yunani seperti Plato dan sebagainya. Ya, seperti kita tahu, Yunani mempunyai magnet bagi setiap orang yang ingin mempelajari kebudayaan adiluhung dan menjadi pusat belajar bagi setiap orang yang mencoba mendapatkan sudut pandang filsafat yang hakiki.
Hakiki? Bukankah cara pandang para filsuf masa lampau masih harus diperdebatkan sampai sekarang? Baiklah, kita tidak menisbikan peranan Socrates dan para pencipta legenda Titan para Dewa. Mereka-mereka yang membuat mitologi menjadi pengetahuan baru.Hingga misteri kehidupan ala atlantis yang digosipkan berada tepat di dasar pulau Jawa.
Atlantis? Lalu apa hubungannya dengan Anggota DPR kita? Apakah karena mereka merasa genetika tubuhnya satu DNA dengan masyarakat Atlantis yang (konon) tenggelam akibat kiamat lokal masa lalu, sekarang merasa terpanggil jiwanya untuk 'pulang' ke Yunani?
Tentunya, kita masih bisa berpikiran normal, bahwa Anggota DPR kita tidak secerdas itu dalam mengaitkan unsur DNA ala dagelan Indonesia dengan DNA Atlantis yang masih dalam tahapan legenda tersebut. Para Anggota DPR tersebut kita anggap saja masih berpikiran seperti anak-anak yang doyan jalan-jalan dan pelesiran.
Apapun alasan mereka, demi rakyat ataupun demi ilmu pengetahuan, kita anggap saja bahwa mereka tidak cukup cerdas dan peka terhadap rakyat mereka sendiri.
Hari ini, status facebook rekan Julius dari Galang Press mengajak kita untuk tidak membayar pajak, hanya karena duitnya dibuat kegiatan yang nggak jelas. Tentu saja MasJulius secara blak-blakan kesal dengan Anggota DPR kita yang tega-teganya memakai uang Rakyat untuk alasan studi banding.
Mantab, beginilah kalau jagoan perbukuan sudah turun gunung, maka saya secara pribadi berusaha ikut serta dalam gerakan kesadaran ini. Mari kita rayakan dan kita ramaikan bersama!
Kemarin, saya bertemu dengan mas Harry Van Yogya. Surprise.....beliau baru saja membuat ID CARD NPWP! Ini benar-benar sebuah kejadian yang luar biasa. Mas Harry yang nota bene adalah seorang penarik becak yang biasa 'nongkrong' di wilayah Prawirotaman, kini telah tercatat secara resmi oleh negara, sebagai WAJIB PAJAK.
Mungkin Mas Harry adalah satu-satunya Penarik Becak di negeri ini yang mempunyai NPWP. Ini menarik dan harus kita rayakan. Betapa kesadaran rakyat kecil seperti beliau, yang penghasilannya (mungkin) pas-pasan, mau secara sadar mendukung negara ini untuk menjadi pembayar pajak secara resmi.
"Kalau suatu saat, penghasilan saya berlebih,saya pasti akan membayar pajak," terang Harry dengan ringan saat saya menemuinya di Prawirotaman. "Yang penting, saya punya niat jadi wajib pajak. Berarti, saya kan ada gunanya bagi negara ini. Iya, Nggak?"
Saya terdiam dengan penjelasan singkat mas Harry ini. Andaikan saya seorang Anggota DPR yang saat ini sedang berada di depannya, tentu saja saya akan berterimakasih dan belajar kembali. Karena sesungguhnya, itulah 'Pelajaran Etika' sejatinya. Sebuah pelajaran hidup, bagaimana berbagi dan bisa berguna bagi orang lain, dengan cara apapun dan kemampuan yang kita miliki.
Hari ini, saya masih melihat perdebatan yang menjengkelkan antara Anggota DPR yang ngebet kepingin ke Yunani dengan seorang reporter Televisi. Saya harus menahan emosi dan berpikir jernih, demi melihat proses dialog wawancara yang kira-kira seperti ini,
Reporter : "Pak, mengapa harus studi banding langsung ke Yunani? Kalau mau belajar tentang filsafat, etika atau mengenal filsuf Plato, Bapak kan bisa belajar lewat Internet?"
Anggota DPR (dengan arogan) : "Apa? Belajar lewat internet? Kami sudah buka-buka Internet berkali-kali. Kami tidak menemukan pelajaran Etika di Yunani yang ada di Internet. Coba Anda buka sendiri. Ayo coba! Buktikan! Studi banding ini penting!"
........
........
Glodhiakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk!!!!!!
Saya terdiam melihat layar televisi yang semakin buram dan layar internet saya yang semakin kacau dengan teks-teks perdebatan. Sebuah pertunjukan horor dengan lakon binatang-binatang berwujud manusia terpapar dengan jelas. Dan celakanya, mereka lebih rendah dari ras hewan buas sekalipun.
Karena sesungguhnya, kita telah salah telah memilih mereka menjadi wakil rakyat. Karena mereka, tidak mempunyai Hati Nurani dan telah kehilangan rasa kemanusiaan itu sendiri.
Salam,
Sony Set
Founder "Jangan Bugil di Depan Kamera!"
Comments
Salam kenal.
Arief Adityawan S