Teknis Menulis Novel Thriller – Tehnik 9 Babak
Teknis Menulis Novel Thriller – Tehnik 9 Babak
Sony set – tvlabcomm@gmail.com
Rekan, banyak di antara kita yang menganggap bahwa penulisan novel adalah hal yang menjemukan. Karena kita harus bersabar berbulan-bulan, menunggu mood, mencari inspirasi, belum lagi menyusun pembabakan cerita yang kadang membuat cara kita menulis lebih lama dan membosankan.
Di Indonesia, sebagian besar para penulis novel kita terlalu asyik bermain dengan cerita-cerita personal-cinta, hal-hal yang bersifat pribadi dan drama percintaan. Jarang sekali kita menemukan novel indonesia yang mengandalkan kekuatan drama action, suspense atau thriller.
Percaya atau tidak, semua novel thriller yang mencampurkan ketegangan, mempunyai berbagai macam rumus PASTI yang bisa dipelajari dan dipraktekkan. Workshop kali ini akan membongkar bagaimana bisa sang penulis novel-novel tersebut bisa membuat berbagai macam cerita yang menarik. Dahsyat dan membuat para pembacanya tergila-gila. Percayalah, membuat novel thriller yang menarik, sama dengan membuat masakan yang enak. Bumbunya harus PAS dan tampilannya harus menarik agar bisa memikat pembacanya.
Berarti, logika membuat fiksi Thriller yang menarik, dapat dihitung secara logika dan matematis. Hah? Bagaimana ukuran pastinya? Bagaimana takaran “Resep Bumbu Drama dan ACTION” dapat berpadu? Berapa ukuran yang pasti untuk membuat novel Thriller yang dahsyat dan menarik?
Penasaran? Nah , Anda akan mendapatkan jawaban awal dari segala tulisan di atas. Dan untuk dasarnya, Anda wajib mempelajari tehnik cerita 9 babak (Nine Act Structure Theory)
Nine Act Structure
The Opening – BABAK I
Apakah Anda membaca jenis opening cerita (bab I) dari sebuah novel yang tertulis seperti ini :
Pada mulanya sebuah ledakan…Kiamat Jakarta
Hiruk pikuk ribuan pekerja kantor yang baru saja keluar dari tempat kerja, menunggu berjejer di sepanjang Jalan Sudirman. Ribuan kendaraan dengan bunyi klakson yang mengganggu, berteriak sepanjang waktu. Bis-bis kota dengan penuh sesak penumpang, melaju pelan sambil mencari para penunggu yang rela naik, transportasi murah meriah, harapan satu-satunya untuk kembali pulang.
Asap hitam knalpot kendaraan, hambatan terbesar dalam bernafas tidak mereka pedulikan. Karena polusi adalah ‘vitamin kematian’ yang harus dihirup setiap hari, mau tidak mau, oleh sebagian besar rakyat di kota ini, betapa absurdnya….
Nun jauh di perut bumi, sebuah getaran hebat terjadi berulang-ulang. Batu-batu tua yang terpendam jutaan tahun saling berbenturan. Kekuatan panas yang tidak terukur, akibat tumbukan antar materi padat pembentuk bumi. Sebuah ‘magma tunnel’ di kedalaman 10 kilometer, tepat dibawah titik puncak menara Monumen Nasional bergolak. Getaran keras yang setara dengan tumbukan antar gunung-gunung di permukaan mulai terjadi. Merambat naik kepermukaan, menjadi gelombang-gelombang gempa terputus-putus…
19.20 Badan Metrologi dan Geofisika Jakarta
Suasana tampak hening, para pekerja pengawas monitoring tampak santai. Malam itu seolah tidak ada situasi yang khusus. Namun semuanya tidak berjalan lama…
Tiba-tiba, Jarum pada penunjuk alat sensor pendeteksi gempa bekerja dengan intensitas tidak normal. Mulanya berupa ukuran 1, lalu naik ke 7, turun lagi ke 2, lalu naik menjadi 6! Semuanya dalam hitungan 40 detik.
“ Ada yang aneh pak! 40 detik yang lalu, sensor kita menunjukkan tanda-tanda awal gempa,” terang sang pengawas yang sedari tadi memperhatikan keanehan tersebut. Semua petugas di tempat tersebut langsung berkerumun mendekati alat sensor gempa. Grafik getaran naik turun tercetak tidak beraturan, corat-coret jarum elektronis yang mengukir setiap lembar kertas menjadi gambaran kecemasan! 40 detik telah lewat, tidak terjadi apa-apa. Alat tersebut kembali normal, hanya mencetak kurva garis lurus.
Sang pimpinan lembaga tersebut mencermati grafik yang tercetak. Ia tampak heran.
“Kenapa kembali normal?Ini ada yang nggak beres! Cek koordinat dari mana sumber getaran ini!”
“Baik pak!”
Mendadak seluruh petugas pengawas segera kembali ke meja kerja monitor masing-masing. Tiba-tiba jarum sensor bergerak lagi, kali ini dengan hitungan 3, 5, 4, 4. Hanya dalam waktu 10 detik!
“Pak! Ini gawat, sensor mencatat perubahan getaran yang sangat kontras!”
“Cari lokasi koordinatnya! Hitung kedalamannya!” mendadak wajah sang pemimpin menjadi panik. Jarum sensor bergerak lebih kencang lagi, mencoret bidang lembar skala tertinggi, lalu turun lagi, lalu naik lagi..lagi dan lagi!i
“Kami butuh setengah jam untuk mencarinya pak!” teriak seorang staff dari balik layar monitor. Ia tampak gugup, kacamata tebal yang dipakainya nyaris terjatuh.
Jarum bergerak lagi, kali ini dengan kecepatan dan intensitas meningkat.
“Tuhan! Skala 7..skala 7!”
……………
Semua orang di dalam ruangan tersebut terpana.
Menara Monas 19.30
Tiba-tiba getaran hebat terjadi, jalan simpang 8 monumen Nasional, mendadak permukaan bergelombang dengan lentur sinus yang tidak beraturan! Stasiun Gambir bergoncang keras, beberapa struktur penyangga tampak berguguran. Tiang-tiang listrik terbanting ke kanan dan kekiri!
Orang-orang terkejut, histeris dan panik! Pengendara motor terjatuh secara bersaman, menimpa mobil-mobil yang mendadak terdorong saling bertabrakan! Getaran itu menghasilkan efek gelombang yang membuat seluruh permukaan jalan terbelah! Teriakan kaget di sana sini terdengar, hiruk pikuk dan kesakitan. Sementara sSuara bising seolah angin ribut dari dalam tanah mendadak terdengar.
Gempa!
………
Kembali ke topik, contoh di atas adalah sebuah opening dengan pendekatan “Kejadian buruk!” Jika Anda sering membaca novel suspense thriller karangan John Grisham dan beberapa novel Dan Brown (Da Vinci Code dll), Anda akan disuguhi gaya penulisan seperti di atas. Mereka para penulis cerdas menggunakan Bab I untuk teaser. Menampilkan atmosfir cerita, memberikan lanskap ruang cerita dan memberikan efek kecemasan yang akan membuat pembacanya terus membaca sampai ceritanya habis.
Apa saja yang harus kita lihat dalam sebuah Bab I Teaser “Babak Kejadian Buruk”?
Oke, sederhana saja, dalam Bab I, selalu ditampilkan babak ketakutan. Untuk tema-tema cerita bencana, perang dan situasi mengerikan, selalu ditampilkan suasana “hiruk pikuk” yang dibenturkan dengan situasi “tenang”.
Dalam cerita di atas, suasana “hiruk pikuk” di tampilkan dengan cara menampilkan suasana kota malam hari yang ramai. Suasana “tenang “di tampilkan di sebuah kantor yang hening seperti Badan Metrologi dan Geofisika. Mulanya di setting seperti itu, tetapi dalam waktu singkat, situasi berubah menjadi sebuah kecemasan hingga intensitasnya dinaikkan menjadi sebuah ketakutan massal.
Ciri penceritaan ketakutan massal adalah cara yang efektif untuk menggedor pembaca untuk terpana dan terus mengikuti jalan cerita. Lanskap cerita yang meenggunakan pendekatan ruang dan waktu mencoba menghadirkan khayalan realitas, bahwa pembaca merasa seolah-olah kejadian dalam cerita terjadi secara nyata. Ingat, di dalam babak teaser, emosi pembaca di naik-turunkan dengan cara menggunakan pendekatan konsep pengukuran emosi, atau mencampur adukkan suasana yang saling berbeda seperti : Hiruk-pikuk, panik, cemas, hening, takut, sibuk dan sebagainya lalu diberikan nilai skala ketakutan. Dalam cerita di atas, ketakutan dan kepanikan digabungkan dengan nilai ukur skala richter yang ditunjukkan alat pengukur gempa. Yang menghasilkan hitungan angka skala Richter Gempa yang di tunjukkan dalam bilangan.
Anda mungkin masih meragukan pendapat di atas, tetapi coba perhatikan, hampir 90% teaser babak pertama pada novel action thriller menggunakan pendekatan ukuran (nilai) yang mencantumkan tingkat kepanikan. Dalam novel Time Bomb, babak teaser dimulai dengan HITUNGAN MUNDUR sebuah bom yang akan meledak. Dalam Novel Armageddon, menggunakan TEMPERATUR THERMOMETER untuk mengukur tingkat panas yang terjadi di permukaan bumi. Dan semuanya dilakukan/ditulis di babak awal novel.
Psikologi pembaca Novel Action Thriller
Setiap pembaca novel thriller secara otomatis adalah kalangan terpelajar yang sudah melengkapi diri mereka dengan segala pengetahuan tentang teknologi, ukuran, istilah teknis dan istilah asing (bahasa inggris) yang membuat sebuah novel ‘seolah-olah’ menjadi ‘kitab teknis yang nyata’.
Permainan Bilangan, Hitungan Mundur, Ukuran temperatur, ukuran kondisi dan berbagai hal yang bisa diukur dengan Nilai Angka ,dapat menjadi obyek penentu tingkat ketegangan sebuah novel. Targetnya adalah mengaduk emosi penonton agar berharap : Kejadian buruk (diharapkan )bisa dihentikan dengan cara menurunkan nilai bilangan (pengukur) menjadi normal kembali. Coba simak petikan teaser babak 1 di bawah ini :
Bontang Kalimantan,
Hari yang panas, matahari bersinar sangat terik tepat di titik pusat garis khatulistiwa. Keadaan terasa bagaikan di tempat pemandian uap, sebuah pabrik pengolahan gas alam cair (LNG). Para pekerja tampak sedang beristirahat, wajah-wajah lelah setelah seharian membetulkan turbin gas proses yang beberapa hari ini rusak. Tidak diketahui penyebabnya, menurut beberapa kalangan terbatas, pabrik pengolahan gas alam tersebut seharusnya sudah mengganti seluruh peralatan pengolahan dengan instrumen terbaru. Bukan sisa-sisa tahun 70-an yang sekarang telah lekang.
Beberapa karyawan tampak masih bekerja mentes turbin gas proses yang baru diperbaiki. Mereka telah bekerja 2x24 jam untuk memperbaiki turbin setinggi 20 meter dan lebar 40 meter tersebut. Sebuah turbin raksasa yang menampung semburan gas dari dalam tanah sebelum diproses menjadi bahan bakar. Turbin tersebut telah dirancang untuk menampung 500 ton gas alam murni dengan tingkat tekanan gas mencapai 10 G (Gaya tekan gas area maksimum per meter kibik). Sudah hampir 30 tahun, turbin itu digunakan. Dan kali ini diperbaiki untuk sekian ratus kalinya…
“Bapak yakin kita nyalakan sekarang?” tanya seorang pekerja pada seorang pimpinan kerja yang mengenakan pakaian necis. Pimpinan tersebut adalah bos divisi maintenance yang tampak terburu-buru. Kontras dengan penampilan anak buahnya yang menggunakan kaos dan bersimbah peluh dan kotoran.
“Harus! Sudah 2 hari perusahaan ini nggak beroperasi! Kita sudah rugi milyaran, gara-gara turbin ini rusak!” sahut sang Bos dengan wajah serius.
“Ini sudah sekian ratus kali kita betulkan pak. Saya rasa, seharusnya pabrik mengganti turbin ini dengan turbin paling baru!”
Sang Bos tampak merengut, ia menatap tajam pada bawahannya.
“Enak saja kamu ngomong? Turbin ini nilainya 20 milyar! Kamu kira kaleng kerupuk? Kita nggak ada anggaran buat beli lagi! Sudah, pokoknya kita harus fungsikan kembali!”
Sang pekerja terdiam. Ia lalu menggenggam tuas pengungkit untuk menyalakan turbin. Ia tampak ragu-ragu.
“Tunggu apa lagi? Ayo nyalakan!”
Dengan ragu-ragu, sang pekerja menekan tuas dan sesaat kemudian, mesin turbin menyala. Suaranya seperti baling-baling pesawat tempur, tetapi ukurannya sangat besar, setinggi Ruko selebar lapangan Voli. Suara memekakkan terdengar, turbin mulai berjalan, sang Bos tampak tersenyum puas.
“Tuh kan! Turbinnya bisa jalan! Ayo segera bereskan lokasi ini. Kita balik ke Kantor!”
Tiba-tiba, dari arah Gas Meter ( pengukur tekanan Gas) mengeluarkan bunyi alarm yang sangat kencang. Jarum penunjuknya naik dari angka 1 hingga angka 7 dalam waktu setengah menit.
“7G pak! Ini ada yang nggak beres! Tekanan gasnya terlalu besar!” teriak panik sang pekerja.
“Alaaa….tenang aja, turbin ini dirancang untuk maksimal 10G! Kenapa kamu harus takut? Jangan sok panik!” jawab acuh sang Bos.
“Pak! Tekanan 10 G biasanya baru kita dapat kalau turbin sudah bekerja selama 3 jam! Tapi ini baru kurang lima menit! Bapak tahu artinya kan?”
Sang Bos tersadar, ia segera melihat ke arah Gas Meter. Naiknya tekanan gas di dalam turbin secara mendadak dalam waktu singkat berarti adanya sebuah semburan besar dari dalam tanah. Berarti?
“Matikan…matikan! Matikan turbin itu!”
Sang Pekerja dengan sigap menarik tuas untuk mematikannya. Tetapi tidak ada reaksi apa-apa, turbin tetap menyala. Turbin tetap beroperasi!
“Celaka, tidak bisa dimatikan. Lihat Gas Meter!”
Jarum indikator Gas Meter naik perlahan-lahan, kali ini sudah di angka 9!
“Matikan listriknya…matikan!” teriak panik sang Bos. Para pekerja di sampingnya terhenyak. Sang Bos segera berlari ke arah panel listrik.
“Bos, kita tidak mungkin bisa mematikan turbin ini. Karena turbin ini bergerak otomatis karena adanya tekanan gas dari dalam bumi, Turbin ini mempunyai listrik sendiri akibat putarannya. “
Sang Bos kaget, sementara jarum indikator Gas Meter telah mencapai angka 10!
Oke? Anda sudah tahu maksudnya kan? Betapa mudahnya mencampurkan efek ketegangan, dengan menggunakan “wacana pengukuran” yang ditampilkan lewat obyek alat-alat pengukur (termometer, jam, barometer dll.)
Babak 2 : Pengenalan Karakter (Antagonis, Protagonis, Skeptis, Mirror Karakter)
Setelah anda paham apa yang harus anda tuliskan di babak pertama Novel Action Thriller, maka Babak ke 2 adalah pengenalan karakter-karakter UTAMA dari sebuah Novel.
Dan Brown, John Grisham menggunakan babak ini untuk menerangkan pengenalan awal karakter-karaker dalam novelnya. Kejadian buruk berupa teaser dianggap sebagai pangkal persoalan yang meledak di waktu dan tempat yang berbeda dari para karakter utamanya. Dan Karakter Utama sedang dalam kondisi tidak siap untuk menerimakejadian buruk yang kelak akan mengenai dirinya (merubah jalan hidupnya!)
Karakter utama yang dimaksud adalah karakter Protagonis, Skeptis, Antagonis, Mirror karakter. Penjelasannya sebagai berikut :
- Karakter Protagonis dalam novel Thriller biasanya ditampilkan sebagai Karakter biasa-biasa saja (ordinary people) yang kelak akan dibebani MISI untuk menyelesaikan masalah (menyelamatkan dunia). Dalam Novel Pelican Brief yang diangkat menjadi film, tokoh utamanya adalah Supir TAXI, dalam ENEMY of the STATE, tokoh utamanya adalah Pengacara LSM. Dalam Novel Armageddon, tokoh utamanya adalah Pekerja Kilang Minyak yang diberi tugas untuk menyelamatkan dunia dari ancaman meteor raksasa. Tokoh ini ditampilkan tidak mempunyai keistimewaan apa-apa (pada mulanya). Selalu diberikan background orang yang bermasalah di masa lalu (buronan, mantan narapidana) atau seorang tokoh yang pintar tetapi tersingkir dari masyarakat.
- Karakter Antagonis : Adalah karakter yang berusaha mengganggu dan menggagalkan misi yang diemban tokoh Protagonis. Dia bisa berupa orang jahat, kepala MAFIA, Pemerintah, Kepala Agen Rahasia atau orang-orang yang mempunyai kekuatan penuh.
- Skeptis : Adalah karakter yang selalu meragukan kemampuan tokoh protagonis. Ia berusaha melecehkan karakter Protagonis dan menganggap tokoh tersebut tidak berguna, gila (tidak waras) dan selalu berdusta. Karakter ini diharapkan dapat membuat perasaan sebal bagi sang pembaca yang selalu berpihak pada tokoh protagonis. Tokoh skeptis dapat digambarkan sebagai Pimpinan, BOS, atasan, kalangan agamawan, dokter atau para ahli yang selalu menganggap rendah tokoh protagonis. Ciri-ciri tokoh skeptis ssperti yang ditampilkan dengan cerita di atas.
- Karakter Mirror : Ini perpaduan karakter yang paling sulit. Karena biasanya kita sebagai seorang penulis terbiasa membuat tokoh-tokoh kita serba hitam putih. Padahal dengan menggunakan karakter mirror, kita bisa menggambarkan setiap tokoh karakter kita mempunyai kelemahan/sisi jahat.
Bagaimana cara memperkenalkan karakter-karakter utama di dalam sebuah novel dengan pendekatan Babak 2 – Nine Act Structure? Berikut cuplikannya.
Surakarta, sehari setelah gempa pertama di Jakarta . . .
Dion seorang tukang koran terbangun mendadak setelah jam weker di kamar kosnya yang sempit menyalak keras. Jam 5 pagi! Saatnya ia harus menjalankan tugas sebagai tukang koran sejati. Dia harus mengambil koran-koran dari agen di daerah Manahan Solo. Sudah tiga tahun ia menjalani profesinya, sebuah pilihan sulit setelah ia harus keluar dari kuliahnya di fakultas ekonomi karena ketiadaan biaya. Orang tua satu-satunya, Bu Renggo, meninggal tiga tahun yang lalu. Celakanya, ia hanya seorang anak angkat, Bu Renggo memeliharanya dari kecil. Namun sehari setelah pemakaman ibu angkatnya, Dion diusir oleh keluarga kandung Bu Renggo yang memperebutkan harta warisan. Dion mendadak menjadi gelandangan, tak punya tempat tinggal! Tiba-tiba saja dunia berbalik 180 derajat, Dion terpaksa harus merubah haluan, mengganti hidup yang indah menjadi jalan keras perjuangan.
Setelah mandi, Dion segera keluar dari kamar kostnya, ia segera naik sepeda bututnya ke arah manahan. Namun sampai di sana, tidak ada satupun koran yang siap diambil. Hanya ada Mas Herman, Agen Koran yang pagi itu tampak terlihat lesu.
“Lho Mas? Korannya mana? Apa belum datang?” Dion menegur mas Herman yang tampak terdiam mematung.
“Koran? Kamu belum tahu ya? Kita tidak ada koran hari ini!”
“Kenapa mas? Hari ini kan bukan hari libur nasional?”
Mas Herman terdiam, rokok di tangannya dihisap, mengeluarkan kepulan asap-asap. Wajahnya tampak berubah serius.
“Kamu benar-benar belum tahu? Semalam terjadi bencana mendadak! Ibukota Jakarta Hancur total, Gempa hebat membuat jutaan orang disana mati!”
“Apa? Jangan main-main mas? Gempa apa? Jakarta? Jakarta Hancur? Mas Ini ngomong apa sih?” cerocos Dion setengah tidak percaya.
“Aku serius Dion! Sekarang keadaan negara berantakan. Belum ada pengumuman resmi dari pemerintah. Atau mungkin semua pejabat pemerintahan sudah mati semua? Hari ini pererkonomian di negara ini lumpuh! Kita kiamat Dion!”
Dion terpana mendengar penjelasan Mas Herman. Ia masih merasa bingung.
………
Sementara, di sebuah tempat di Jogjakarta, tampak beberapa orang berseragam militer sedang berembug. Wajah-wajah mereka tampak serius. Ruangan penuh dengan asap, sementara di atas meja, berbagai macam senjata dan dokumen rahasia diletakkan tidak teratus.
Salah seorang pimpinan mereka, Jendral Herman, tampak memimpin jalannya rapat.
“Ibukota luluh lantak total karena gempa semalam. Istana negara rubuh, kediaman presiden di telan bumi. Ini saatnya kita bergerak mengambil alih pemerintahan!” suara berat Jendral Herman tampak membahana, sementara para staf petugas tampak serius mengikutinya.
“Jendral, presiden belum ditemukan sampai sekarang. Kondisi di sana benar-benar berantakan. Tapi siapa tahu dia masih hidup, karena kawan kita di sana sempat melihat Presiden berhasil diselamatkan!” jawab seorang perwira dengan nada tinggi.
“Apa? Ini harus diselesaikan. Ibukota sudah hancur. Kita harus ambil alih, sudah tidak ada harapan lagi bila kita bergantung dengan Jakarta! Kita harus pindahkan ibukota dengan secepatnya!”
“Lalu apa tindakan Jendral?”
“Kita punya kekuatan militer di Solo. Sore ini saya akan ke sana, mengajak para Jendral mendukung gerakan ini!”
Jika kita melihat contoh di atas, maka kita dapat menyimak TOKOH DION diposisikan sebagai Protagonis yang tidak tahu masalah apa-apa dan tokoh ANTAGONIS yang diwakili Jendral HERMAN. Nah ini dia tantangannya, bagaimana mempertemukan tokoh Protagonis dengan Antagonis?
Di dalam kisah di atas, kita melihat perbedaan yang sangat jauh antara Protagonis dan Antagonis. Jalan supaya tokoh ANTAGONIS membenci atau memburu tokoh Protagonis adalah dengan memberikan sebuah OBYEK/Benda yang diperebutkan dan secara tidak sengaja/sengaja didapatkan tokoh Protagonis.
Babak III : Tokoh Protagonis bertemu dengan Tokoh Antagonis dan masalah timbul!
Seperti disebutkan di atas, dalam setiap novel Thriller terdapat sebuah Obyek yang diperebutkan. Obyek dapat berupa dokumen, kunci rahasia, surat berharga, kode password, barang berharga atau obyek binatang/orang/robot yang diperebutkan tokoh protagonis dan Antagonis.
Antagonis berusaha menguasai obyek tersebut untuk menjalankan rencananya, sementara tokoh Protagonis awalnya tidak tahu apa kegunaan obyek yang didapatnya. Namun suatu saat ia akan tersadar bahwa obyek tersebut adalah sebuah benda yang maha penting dan dapat membuatnya menjadi tokoh UTAMA yang menyelesaikan misi. Ilustrasinya adalah sebagai berikut :
Jendral Herman telah bertemu dengan beberapa pimpinan tertinggi di Surakarta. Mereka sepakat untuk melakukan pengambil alihan negara dengan cara kudeta militer. Jendral Herman merekam kesepakatan tersebut dengan menggunakan sebuah kamera Handycam. Namun celakanya, ketika dalam perjalanan pulang ke Jogja, kamera tersebut terjatuh di sekitar daerah Kartasura dan ditemukan dengan tidak sengaja oleh Dion.
Dion semula hendak mengembalikan kamera tersebut dan mengejar mobil Jendral Herman. Namun setelah ia mengembalikan kamera tersebut, ia malah diburu untuk dibunuh oleh anak buah jendral Herman. Alasannya, mereka mengira.Dion belum menyerahkan kaset rekaman yang ada dalam handycam tersebut. Mereka curiga, Dion menyembunyikan kaset rekaman tersebut. Padahal setahu Dion, kaset tersebut terjatuh di tengah sawah sewaktu ia secara tidak sengaja melihat sebuah kamera Handycam Terjatuh dari Mobil Jendral Herman.
Dion ditangkap dan disiksa, tetapi ia berhasil melarikan diri dan mencoba mencari kaset yang diperebutkan. Ia menemukan kaset tersebut telah kecemplung di sawah. Sementara anak buah Jendral Herman berusaha memburunya.
Nah inilah contoh perebutan obyek dan membuat tokoh protagonis yang semula biasa-biasa saja menjadi tokoh penting yang diburu habis-habisan.
Jika Anda pernah mengingat kasus 27 Juli 1996 tentang penyerbuan Markas PDI di Jakarta yang mengakibatkan Budiman Sujatmiko menjadi buronan pemerintah karena difitnah Syarwan Hamid, nah cerita tersebut memiliki kesamaan dengan seri pembabakan novel thriller.
BABAK IV : Menjadi Buronan dan kambing Hitam. Melarikan diri dan Bertemu dengan Karakter Penolong Protagonis.
Setiap karakter Protagonis mempunyai karakter penolong yang bisa menjelaskan masalahnya. Penolong bisa teman atau orang yang baru dikenal. Bisa juga seorang yang ahli tetapi tidak begitu saja menerima Protagonis karena awalnya tidak percaya atau meragukan keterangan tokoh protagonis yang mendadak jadi buronan kelas satu. Ingat, babak ini adalah babak pengejaran, lika-liku sang Protagonis berusaha menyelesaikan masalah dengan melarikan diri dan bertemu dengan sang tokoh penolong.
Dari tokoh penolong tersebut, kelak Protagonis akan mengetahui alasan mengapa ia menjadi kambing hitam/buronan. Ilustrasinya sebagai berikut :
Dion yang ketakutan setengah mati dikejar tentara anak buah Jendral Herman lari ke arah fakultas GEOLOGI UGM. Mulanya ia dikira seorang pencuri yang bersembunyi di sebuah perpustakaan. Ia bertemu dengan seorang Dosen yang bernama Pak Jo. Namun di saat genting, Pak Jo malah menyelamatkan Dion dari kejaran Jendral Herman dan anak buahnya.
BABAK V : Babak Belajar dan mendapatkan keterangan sejelas-jelasnya.
Nah ini hebatnya, disetiap novel-novel thriller yang cerdas dan dibuat para penulis kelas dunia, mereka selalu menggunakan babak belajar untuk mengatasi masalah. Setiap masalah tidak ujug-ujug selesai, tetapi dipelajari dulu dan dibuatkan strategi pemecahannya. Di dalam Pelican Brief dan Davinci Code, babak belajar menggunakan setting perpustakaan. Berusaha memecahkan kode atau rahasia tertentu dengan pendekatan literatur ilmiah. Nah ini yang membuat novel menjadi cerdas. Lalu bagaimana ilustrasinya? Kita lihat di bawah ini :
Dion tertolong oleh Pak Jo. Ia mengatakan segala masalah dan soal kaset rekaman yang menjadi obyek perebutan. Pak Jo berusaha membetulkan kaset tersebut dan memutarnya. Ia terkejut setelah melihat isi kaset berupa rekaman rencana kudeta dari Jendral Herman. Dion tampak bingung, tetapi ia mendapatkan banyak pelajaran dari Pak Jo. Termasuk tentang data gempa terkini yang masih mengguncang ibukota.
Sementara, hanya 1 stasiun televisi yang bisa menyiarkan bencana yaitu Trans TV. Presiden ternyata selamat namun terjebak di daerah timur jakarta (Cibubur), Jalur ke arah sana terputus. Mobil tidak bisa menuju ke sana. Jendral Herman mengetahui kordinat presiden dan berusaha menuju tempat tersebut untuk membunuhnya. Sementara, jalur komunikasi putus total, hanya radio HT yang bisa dipakai.
Malangnya, Pak Jo terbunuh oleh anak buah Jendral Herman. Dion memutuskan berangkat ke Jakarta untuk menemukan presiden bahwa ia sedang dalam target incaran pembunuhan. Dengan sebuah truk, ia menumpang ke Jakarta
Babak VI : Babak MENJALANKAN MISI - Konfrontasi Awal
Ini adalah babak yang menegangkan, karena tokoh Protagonis yang telah belajar di babak 5 segera mengambil langkah untuk bergerak menjalankan misi. Misinya tentu saja misi penyelamatan atau balik mengejar untuk bertemu tokoh Antagonis atau karakter yang sedang dikejar tokoh antagonis. Disini, posisi Protagonis yang selama ini tampak tidak bisa berbuat apa-apa, menjadi buronan, berubah menjadi tokoh yang bertanggung jawab.
Ia mempunyai sebuah rencana hasil belajar, dan ia akan menjalankan rencana tersebut untuk MELAWAN tokoh Antagonis.
Ilustrasinya adalah sebagai berikut :
Dion berangkat ke Jakarta, secara tidak sengaja, ia mengetahui posisi Presiden. Ia bergegas menuju daerah Cibubur, tempat kediaman Presiden. Sementara, Jendral Herman menggunakan helikopter untuk menuju kediaman rumah presiden di Cibubur. Ia akan membunuh presiden dan melakukan pengambil alihan pemerintahan.
Dion akhirnya berhasil mencapai Cibubur, dengan membonceng truk Sampah. Supir truk tersebut ternyata mengetahui jalur alternatif yang tidak terkena dampak gempa. Dion akhirnya turun di dekat kediaman presiden yang sudah luluh lantak.
BABAK VII : Rencana Awal Gagal!
Tentu saja untuk membuat cerita menjadi menarik, maka seluruh rencana yang sudah dipelajari dan matang dipersiapkan harus GAGAL! Kenapa? Ya biar pembaca merasa seru dan tertarik melanjutkan bacaan. Nah itu rahasianya, dengan cara penggagalan rencana di BABAK VII, maka cerita menjadi MENGEJUTKAN!
Iya nggak? Semua pembaca cerita diharapkan stress dan panik melihat nasib sang protagonis yang tiba-tiba saja gagal menjalankan rencananya di detik-detik menegangkan. Inilah rahasia semua novel thriller yang sukses , Harus ada babak GAGALnya!
Ilustrasinya sebagai berikut :
Dion akhirnya berhasil masuk ke kawasan kediaman Presiden. Namun ia terlambat, Jendral Herman sudah sampai di sana juga. Dion berusaha menghalangi Jendral Herman dan berteriak ke arah presiden bahwa sang Jendral akan membunuhnya. Dion membawa bukti sebuah kaset yang diputar dalam sebuah Handycam yang dibawanya. Presiden semula menanggapi teriakan dion, ia meminta Dion memutar rekaman didepan jendral Herman, celakanya, Handycamnya rusak! Dion menjadi gugup, sementara sang presiden akhirnya menuruti Jendral Herman untuk dievakuasi ke tempat yang aman.
Dion putus asa, ia malah ditangkap satuan tugas dari Jendral Herman, sementara Presiden dan Jendral Herman bersiap naik Helikopter.
Nah inilah titik genting yang bisa membuat penonton campur aduk. Seolah tidak ada harapan lagi untuk tokoh Protagonis Menang dalam Misi ini. So?
BABAK VIII – Rencana Darurat di Jalankan!
Ketika kondisi semakin memburuk, ini saatnya membuat sebuah kejutan! Sebuah rencana darurat atau kondisi kritis yang mendadak membalikkan keadaan. Tokoh Protagonis tiba-tiba saja mempunyai ide lain disaat genting, atau tiba-tiba ada sebuah keadaan yang menjungkirbalikkan situasi.
Di saat ini, tokoh protagonis akan mendapatkan KESEMPATAN KEDUA untuk menjalankan rencana. Dan rencananya adalah sesuatu yang TERPAKSA harus dijalankan.
Ilustrasinya sebagai berikut :
Dion diseret hendak dibunuh satgas Jendral Herman. Sementara Presiden dan Jendral Herman bersiap naik ke helikopter.
Tiba-tiba, sebuah gempa besar terjadi lagi. Tanah merekah dan bergelombang, Helikopter amblas ke dalam tanah yang mendadak menjadi jurang. Dion berhasil melepaskan diri dari tangan satgas. Ia berlari ke arah Presiden yang tampak terjerembab. Sementara Jendral Herman mengalihkan rencana untuk membunuh Presiden ditempat itu juga!
Nah, begitulah cara penyelesaiannya. Yang penting unsur kejutan kepada pembaca. Dan buat semua keadaan cerita menjadi genting dan seolah tidak ada jalan keluar.
BABAK IX FINISH
Oke, silahkan selesaikan cerita Anda. Mau Happy Ending atau Sad Ending! Atau anda ingin membuat ceritanya menggantung? Semuanya terserah Anda. Selamat menulis
Resume Nine Act Structure
Babak 2 : Pengenalan Tokoh Antagonis dan Aktivitas Tokoh Protagonis.
Babak 3 : Tokoh Protagonis kena masalah dan menjadi kambing hitam
Babak 4 : Tokoh Protagonis melarikan diri dan menjadi Buronan
Babak 5 : Tokoh Protagonis bertemu Penolong dan belajar menghadapi masalah
Babak 6 : Titik Balik dan merencanakan menghadapi sang Antagonis
Babak 7 : Rencana Awal Gagal
Babak 8 : Rencana Darurat dijalankan
Babak 9 : Penyelesaian Masalah
Ciri-cirinya
Ada sebuah obyek atau benda yang diperebutkan
Tokoh Protagonis adalah Buronan
Tokoh Penolong berupa guru, teman dekat atau malah orang yang membenci/mencurigai Tokoh Protagonis Awalnya
Harus ada babak belajar untuk menyelesaikan masalah
Hasil dari belajar memecahkan masalah adalah rencana Awal yang pasti Gagal dijalankan
Harus Ada rencana Darurat ke 2 yang tidak pernah diduga, digunakan saat terjepit untuk menyelesaikan masalah (menghasilkan unsur kejutan di akhir cerita.
Grafik Emosi Antar Babak
Comments
Ada tutorial yang lain kah?
pas banget aku lagi buat novel thriller ni..
jujur gw walopun pengen bebas nulis tp tetep pengen terkontrol..
n ni sangat membantu..
*hug* ^^
andre_val89@yahoo.com
that is my facebook address.