Suatu Hari di Kota Kudus - 2004

dear rekan,

mungkin ada yang pernah baca posting saya di bawah di beberapa milis.
Tapi nggak ada salahnya saya cerita ke teman-teman pengalaman saya
waktu riset kemarin,

salam

sony set.


suatu pagi di kota kudus
**************************

kira-kira 10 hari yang lalu, saya dapet order yang
cukup 'menggembirakan'.

order itu datang lewat email dari seseorang produser.
kira-kira begini bunyinya - kurang lebih, lebih
dikurangin.....

-"Bisa bikin sitkom? 13 episode? berapa budgetnya?
nomor rekening kamu?

-Hubungi saya secepatnya 0811...."

jangkrik! ini email apaan? saya coba konfirmasi, lewat
nomor hp,

ceklak-ceklik berbagai huruf di keypad, ngirim sms
sejatinya, nanya kebenaran email tersebut.

[hmmm..jadi penulis 'panggilan','sms-an', 'emailan'
dan sebagainya ternyata ada untungnya..]

dididididit ...[hp saya gak pake ring tone, bunyinya
standar, standar suara cetit-cetit...eh ..didit didit]

Tunggu punya tunggu, beberapa menit kemudian terdengar
balesan, terus seterusnya, terus seterusnya, sampai
satu jam kemudian saya datang ke ATM demi mencek saldo
saya [ gila....ini produser apaan? ngirim DP 50%
dimuka tanpa ba-bik-bug...tanpa sehelai surat
perjanjian, dan saya belum mengerjakan apapun!].

Ya udah, saya bales telepon ke beliau,

"Ok Bos, saya sanggup bikin!"
"Idenya apaan? bisa ngomong sekarang?"
Zrrrrruutttttsss..otak saya muter cepet banget, dan
dengan semangat 2004 saya segera 'ngoceh nggak karuan'

"BECAK BOS! SITKOM BECAK! 13 Episode, Minggu depan
jadi semua!Pokoknya beres bos!!!!!"

"Bagus! Pokoknya dibikin Lucu ya?"

Wah? udah gila ya? gini nih kalo euphoria, urat syaraf
saya jadi setingkat sama Frankestein atau mungkin sama
dengan provokator yang dapat order :)

Lalu dengan semangat 99, saya mulai berangkat riset
(ya riset teman-teman...sekali lagi riset..dan saya
serius untuk ini). Maka pulanglah saya ke kota-kota
tercinta, tempat haribaan becak-becak tujuan obyek
riset saya! Tentu saja saya nggak mau bersusah payah
mencari becak dibilangan monas...mana ada? dan saya
nggak lagi bikin riset tentang kijang!


Kembali ke Jogja, Solo, Semarang dan Kudus.

Idenya satu, cari data selengkapnya tentang kehidupan
tukang becak! Nafsunya kepingin mengkonversi ini
menjadi tayangan sitkom BECAK BAJ....N...ups..apapun
namanya nanti, pokoknya harus jadi Sitkom..kom..kom.

Lalu saya telusuri lorong-lorong kota Solo, Alun-alun
Kraton Jogja, kota lama semarang sampai simpang tujuh
kota kudus. yes teman-teman, saya melihat betapa
banyaknya ide bertebaran disana...nyam,nyam,nyam, 212
tukang becak mangkal dipinggir-pinggir jalan. Saya
coba dekati mereka, kepingin tahu bagaimana mereka
hidup dan berhumor! [yes saya manusia kapitalis yang
mencoba mencuri 'urat nadi kelucuan mereka'] Dan saya
terpingkal-pingkal ketika mendengarkan mereka
berbicara :

"Kowe ngerti nggak Dul! Becakku 'bar ngalahke Shogun!
Tak' pepet sedikit, motore mblasuk sawah! Becakku top
tenan!"

[maaf saya tidak bersedia menerjemahkan kata-kata
diatas (dan dibawah), biarlah menjadi bahan rahasia
dapur saya sendiri]

"Lha Piye Jal, Becakku bar wae di reparasi, pelek karo
ban'ne tak ganti kabeh. Habisnya 300 ribu!"

"Wah edan kowe? 300 ribu mahal tenan? Becakku wae wis
10 tahun ora tak' ganti apa-apa'ne. Tetep Josss dan
dahsyat tenan!"

"Becakku mau mbengi Nabrak Sapi!"

"Wah Tenane? Bengi-bengi kok nabrak sapi? Ora mungkin,
Nek Mbengi ,Sapine pasti wes turu!"

"Maksudte si Sapi'i, bocah kulon alun-alun. Uwonge
babak bundas, mlebu rumah sakit!"

"Lha Edan kowe?"

ya itu sebagian data riset dialog-dialog yang menurut
saya "lucu" dan siap dipermak menjadi
skenario-skenario keegoisanku. Dan kamu tahu teman?
ada sekitar 500 dialog dan kejadian yang sangat "lucu"
- dalam pandangan mataku - tentang kehidupan tukang
becak, betapa mereka begitu liat, kuat dan guyon terus
setiap hari.

Wah kalau jadi sitkom, betapa dahsyatnya, gaya tukang
becak bertutur dengan kegilaan dialog ala mereka!
Wadduh..ini pasti jadi sitkom hebat..hebat tenan.

Lalu proses pengumpulan data kwalitatif dan
kwantitatif sudah mendekati kulminasi akhir. Pokoknya
saya sudah siap bikin skenario yang siap dijual dimana
saja, kapan saja plus..plus..janji-janji gombal rating
tinggi.

Dan....


Dan ketika lewat hari ke sembilan, secara nggak
sengaja saya lewat di sebuah SD disuatu perempatan di
kota kudus. Matahari belum tinggi, masih jam 6.45,
tiba-tiba saja saya mengamati pemandangan nostalgia.
Puluhan seragam merah putih dengan tas ransel, rambut
kepang anak-anak gadis mungil dan segala tentang masa
kecil, ah bukankah saya sudah terlalu tua untuk
merindukan itu?

Langkah-langkah ringan masuk kedalam gerbang sekolah,
sebagian diantarkan ayah atau ibunya naik motor [oh
ya, di kota ini, sebagian besar penduduknya mempunyai
sepeda motor], ada juga yang diantarkan naik mobil,
dan ada juga yang diantarkan...antarkan
dengan...becak!

Sesaat darah saya berdesir, seorang tukang becak
berusia 40tahunan, mengantarkan anaknya yang masih
duduk di kelas 1 sd (itu perkiraan saya).

Anaknya, seorang putri yang manis, bapaknya seorang
tukang becak dengan kulit legam diterjang sinar
matahari sepanjang hidup. Berarti kalau dia berumur 40
tahun, dia sudah jadi tukang becak sejak......ah
...lama sekali?

[tukang becak berumur 40 tahun, pasti punya pengalaman
Nggenjot Becak puluhan tahun juga! ]

......

......

Bukan itu yang membuat saya tiba-tiba terdiam dan
menahan napas, tetapi kalimat2x kecil dari sang putri
yang mencium tangan ayahnya sebelum masuk ke gerbang
sekolah.

"Bapak hati-hati ya? mimi' mau sekolah dulu.."
" ya nduk, belajar yang pinter ya..."
" mimi masuk dulu ya Pak,"

Mimi sang putri tukang becak tersebut berbalik badan,
tiba-tiba teguran ayahnya menghentikan langkahnya.

"Nduk, kamu belum lapar kan? "

si Mimi menggeleng lemah...

sang tukang becak kembali membelai rambut mimi...

"bapak cari uang dulu ya Nduk, nanti jam 9, pas
istirahat sekolah, bapak pasti datang ke sini bawa
uang jajan buat kamu"

Mimi hanya mengangguk pelan...

"Doain bapak dapat uang ya Nduk, nanti jam 9, bapak
pasti datang..."

sekali lagi diulang kalimat tersebut, walau terdengar
yakin, tapi tukang becak itu mengucapkannya seolah
seperti menahan beban..

mimi tersenyum dan masuk kedalam gerbang...

"hati-hati ya pak," teriaknya sekali lagi sambil
melambaikan tangan.

teman...

seketika itu badan saya luruh lunglai...bagai dipalu
godam yang sangat berat menghajar kepala ini.
terkutuklah saya! betapa memalukan tingkah saya selama
ini, memanfaatkan orang lain hanya untuk mencari
keuntungan semata. Seenaknya menertawakan nasib orang
lain diatas penderitaannya...mahluk macam apa saya?

dan segala macam ide sitkom BECAK BAJ....N itu hilang
sudah...tamat sudah...aku lempar jauh-jauh dilubuk
penyesalan..nggak bisa hilang...saya tetap merasa
bersalah...

maafkan saya mimi....


sony set.

ps. maafkan bila terlalu panjang dan memenuhi inbox anda.

Comments

Anonymous said…
Sayang kalo rencana mempromosikan becak itu sampai dibatalkan.
1. SitCom kan nggak harus melulu ketawa mas Sony? Kalo ada nangisnya, bisa bikin emosi naik turun, wah bakal jadi tontonan keren.
2. Bisa membuat masyarakat lebih respek pada para tukang becak, karena uang yang mereka dapat walau sedikit, halal adanya.
3. Tragedi Comedi mungkin lebih cocok dan lebih banyak mengena di hati masyarakat kita yang udah sering kena kepahitan hidup. Mereka bisa berkaca pada Tra-Com itu.
4. Jadi para abang becak pun merasa, oh hidup mereka ada yang memperhatikan sehingga bisa masuk TV. Siapa tahu ada efek domino perhatian pemerintah pada para tukang becak. Amin.
5. Mengajak masyarakat untuk selalu memberikan tips lebih dari tarif becak yang sebenarnya.
6. Sosok Mimi yang banyak bentuk dan versinya, agar jadi lebih 'terlihat' oleh masyarakat banyak/pemerintah yang selama ini kurang peduli.
7. The list is endless..
Tks mas Sony udah mau baca komentarku.