Selayang Pandang : Buku Digital Interaktif
Selayang Pandang : Buku Digital Interaktif
Oleh: Sony Adi Setyawan*
Seorang teman dari sebuah penerbitan di Yogyakarta bercerita dengan bangganya, "Perusahaan kami saat ini telah menjalin kontrak dengan sebuah perusahaan digital untuk menerbitkan buku-buku kami dalam format mobile dan tablet."
"Wah, hebat. Lalu apa yang dilakukan para penerbit untuk mengoptimalkan produknya?" kejar saya penasaran.
"Kita cuma memberikan format PDF dan selebihnya, tugas promosi dan distribusi, itu tugasnya si distributor buku digital," jawab teman saya dengan ringan.
Waktupun berlalu, 6 bulan kemudian, saya bertemu dengan rekan saya tersebut. Wajahnya tampak lesu.
"Ternyata bisnis buku digital yang dijual untuk perangkat mobile seperti tablet dansmartphone itu nggak mudah ya? Sampai sekarang, belum ada transaksi penjualannya."
"Lho? Kenapa begitu, mas?"
"Sampai sekarang, bisnis buku digital bagi kami masih gelap. Saya mau tunggu saja, kalau dalam waktu setahun tidak ada perubahan, saya mau mengundurkan diri dari perusahaan."
Jawaban teman saya tersebut menghenyakkan saya secara pribadi. Betapa aneh dan absurdnya kondisi bisnis buku digital yang saat ini sedang digaungkan para pemainnya di Indonesia. Kita melihat langkah gencar para pemain penerbit buku digital seperti Wayang Force, XL Baca, QBaca dan beberapa pemain lokal baru lainnya yang berusaha memasuki wilayah ini dengan beragam pendekatan. Adayang membangun sebuah pusat baca buku digital di sebuah mal di Jakarta, ada pula yang membangun kemitraan strategis bersama para produsen tablet dengan menjual buku-buku digital dalam jumlah paket (bundling) dan ada pula yang menggunakan kekuatan penerbit raksasa untuk menjangkau pelanggan tetapnya dengan berbagai macam iming-iming dan promosi.
Namun, hal yang membingungkan justru terjadi pada penerbit cetak yang sedang bermigrasi menjadi penerbit buku digital. Beberapa dari mereka belum dapat memahami bagaimana peta sesungguhnya bisnis buku digital tersebut.
Amazon, Barnes and Nobble dan beberapa penerbit di luar, menggunakan sebuah strategi besar dengan memproduksi sendiri perangkat tablet untuk membaca produk-produk buku digital mereka. Kehadiran perangkat Nook dan Kindle disambut meriah para pembaca buku di seluruh dunia. Bahkan, perusahaan sekelas Apple sukses membentuk divisi penerbitan buku digital dengan menggelontorkan tablet iPad dengan menggandeng para pengembang perangkat lunak seperti Adobe. Untuk memperluas lini pemasarannya, Amazon bahkan memberikan kemudahan bagi seluruh insan di dunia yang ingin mengirimkan buku digital kreasinya untuk diterbitkan lewat tablet mereka. Kita bisa turut serta menjual produk buku digital kita hanya dengan mengirimkan lewat email dan membayar biaya regristrasi sebesar $25 selama setahun sebagai merchant resmi yang diatur dalam perjanjian legal lewat internet.
Lalu, jika sedemikian mudah proses bisa kita lakukan, mengapa selalu saja ada pertanyaan dan keraguan dalam memahami bisnis buku digital? Nah, mari kita melihat bagan di bawah ini,
Tentu saja, setiap insan penerbit yang terbiasa membuat buku akan mudah memahami jalur diagram di atas. Tetapi banyak penerbit yang melupakan proses publish to tablet, publish to mobile dan publish to social. Yang harus dipahami para penerbit adalah tugas mereka bukan sekedar menghasilkan file .PDF yang diserahkan mentah-mentah kepada para penerbit buku digital. Mereka harus memahami bahwa buku digital adalah 'sebuah aplikasi' yang di dalamnya berisi konten dan 'tombol-tombol interaktif' yang menjadikan buku 'yang tidak sekedar buku yang dibaca'.
Buku Interaktif
Steve Jobs, pendiri Apple, membuat revolusi digital dengan mengenalkan tablet iPad yang menggunakan pendekatan 'sentuhan layar'. Ia berhasil membuat jutaan umat manusia tergila-gila untuk menekan berbagai macam tombol dan ikon di tablet pertama yang merubah cara orang membaca dan bermain. Ia memahami, bahwa orang membutuhkan sesuatu yang tidak melulu sebuah materi yang dilihat atau dibaca. Steve Jobs mengerti, bahwa orang membutuhkan suatu aktivitas interaktif yang menghubungkan konten dan para pembacanya.
Begitu juga dengan buku. Aktivitas interaktif apa yang anda rasakan pada saat Anda memegang sebuah buku? Memegang kertasnya? Menggenggam erat buku tersebut? Menjadikan buku sebagai sebuah bantal tidur? Atau membawanya kemanapun Anda pergi?
Lalu, jika buku tersebut menjadi buku digital, aktivitas interaktif apa yang Anda inginkan pertama kali dari sebuah buku digital? Dan sebagian besar dari jawaban dari para pembaca buku digital adalah tampilan yang menarik dan suara!
Suara?
Tahukah Anda, penjualan buku
Lalu, bagaimana dengan buku-buku digital dengan konten serius? Kali ini Amazon yang berhasil menguasai pasar. Mereka jeli, bahwa para pembaca mereka menginginkan sebuah pengalaman membaca buku dengan interaktivitas yang baru dan memberikan kemudahan dalam fasilitas indeks dan pencarian kata. Selain itu, Amazon berhasil menciptakan tablet yang hemat daya yang memungkinkan sang pembacanya menikmati buku berhari-hari tanpa harus mencharge ulang baterai tabletnya.
Lalu, pasar buku digital dunia meledak. Sistem distribusi yang menggunakan saluran internet dan pasar aplikasi yang dibentuk Apple, Amazon, Barnes & Nobble dan Google Android menjadi acuan terhadap tumbuh kembangnya penerbitan buku digital. Tidak hanya menjadi sebuah buku digital, kini para pembaca menginginkan sebuah bentuk interaktivitas yang lebih dari sebelumnya.
Buku Aplikasi, Aplikasi Buku
Tidak lama menunggu, Adobe mengeluarkan software In Design untuk merancang buku digital interaktif untuk konsumsi pembaca pengguna tablet. Diikuti perusahaan pengembang lain yang menawarkan berbagai macam format dan kemudahan dalam membangun aplikasi buku digital interaktif.
Sebuah perusahaan baru bernama WoodWing, http://www.woodwing.com menawarkan solusi bagi para penerbit yang ingin membuat format buku digital untuk berbagai saluran distribusi seperti web, smartphone, tablet, media sosial, dan cetak. Jasa sejenis yang dijalankan WoodWing ini menjadi fenomena baru dunia buku Digital. Ketidaktahuan dan ketidaksiapan para penerbit buku tradisional menghadapi era gadget tablet, menjadi celah para konsultan dan penyedia jasa konversi buku digital. Tetapi ini sangat membantu bagi penerbit yang mempunyai konten yang sangat menarik dan siap dilemparkan ke pasar. Dari pada harus susah membangun divisi baru di bidang buku digital, lebih baik memanfaatkan jasa layanan seperti WoodWing.
Tentu saja para penerbit cetak sudah selayaknya mempersiapkan sebuah divisi khusus yang berkonsentrasi ke produksi aplikasi buku digital, jika mereka menginginkan bisnis jangka panjang. Tidak hanya bergantung pada jasa layanan konversi, melainkan harus membangun divisi yang mencurahkan perhatian di bidang software development.
Rumitkah?
Tidak sama sekali. Sebabnya, membangun sebuah departemen atau divisi yang bertanggung jawab mengurusi pembuatan aplikasi Buku Digital Interaktif sekaligus mengurus sistem distribusi pemasarannya adalah seni yang sangat menyenangkan. Begitu banyak tantangan dan kesempatan yang bisa diraih dan mungkin belum terbayangkan bagi para penerbit cetak. Kita bisa memasang berbagai macam iklan interaktif di dalam buku digital yang kita produksi, kita bisa mengembangkan system pemasaran aplikasi dengan menggunakan kekuatan social media, kita bisa menggunakan kekuatan raksasa seperti Google dan Apple untuk mendukung penerbitan buku digital kita.
Caranya?
Tunggu tulisan saya selanjutnya. Selamat bergabung di dunia Aplikasi Buku Digital Interaktif.
*Sony Adi Setyawan, CEO Taken Interactive : Mobile Apps Developer, Mobile Game Developer, Digital Book Consultant, SEO Consultant, Portal-Web Consultant (http://www.takencreative.com)
Buku digital harus bersifat interaktif, agar pembaca mendapatkan pengalaman-pengalaman baru yang berbeda (Gambar: wired.com)
Seorang teman dari sebuah penerbitan di Yogyakarta bercerita dengan bangganya, "Perusahaan kami saat ini telah menjalin kontrak dengan sebuah perusahaan digital untuk menerbitkan buku-buku kami dalam format mobile dan tablet."
"Wah, hebat. Lalu apa yang dilakukan para penerbit untuk mengoptimalkan produknya?" kejar saya penasaran.
"Kita cuma memberikan format PDF dan selebihnya, tugas promosi dan distribusi, itu tugasnya si distributor buku digital," jawab teman saya dengan ringan.
Waktupun berlalu, 6 bulan kemudian, saya bertemu dengan rekan saya tersebut. Wajahnya tampak lesu.
"Ternyata bisnis buku digital yang dijual untuk perangkat mobile seperti tablet dansmartphone itu nggak mudah ya? Sampai sekarang, belum ada transaksi penjualannya."
"Lho? Kenapa begitu, mas?"
"Sampai sekarang, bisnis buku digital bagi kami masih gelap. Saya mau tunggu saja, kalau dalam waktu setahun tidak ada perubahan, saya mau mengundurkan diri dari perusahaan."
Jawaban teman saya tersebut menghenyakkan saya secara pribadi. Betapa aneh dan absurdnya kondisi bisnis buku digital yang saat ini sedang digaungkan para pemainnya di Indonesia. Kita melihat langkah gencar para pemain penerbit buku digital seperti Wayang Force, XL Baca, QBaca dan beberapa pemain lokal baru lainnya yang berusaha memasuki wilayah ini dengan beragam pendekatan. Adayang membangun sebuah pusat baca buku digital di sebuah mal di Jakarta, ada pula yang membangun kemitraan strategis bersama para produsen tablet dengan menjual buku-buku digital dalam jumlah paket (bundling) dan ada pula yang menggunakan kekuatan penerbit raksasa untuk menjangkau pelanggan tetapnya dengan berbagai macam iming-iming dan promosi.
Namun, hal yang membingungkan justru terjadi pada penerbit cetak yang sedang bermigrasi menjadi penerbit buku digital. Beberapa dari mereka belum dapat memahami bagaimana peta sesungguhnya bisnis buku digital tersebut.
Amazon, Barnes and Nobble dan beberapa penerbit di luar, menggunakan sebuah strategi besar dengan memproduksi sendiri perangkat tablet untuk membaca produk-produk buku digital mereka. Kehadiran perangkat Nook dan Kindle disambut meriah para pembaca buku di seluruh dunia. Bahkan, perusahaan sekelas Apple sukses membentuk divisi penerbitan buku digital dengan menggelontorkan tablet iPad dengan menggandeng para pengembang perangkat lunak seperti Adobe. Untuk memperluas lini pemasarannya, Amazon bahkan memberikan kemudahan bagi seluruh insan di dunia yang ingin mengirimkan buku digital kreasinya untuk diterbitkan lewat tablet mereka. Kita bisa turut serta menjual produk buku digital kita hanya dengan mengirimkan lewat email dan membayar biaya regristrasi sebesar $25 selama setahun sebagai merchant resmi yang diatur dalam perjanjian legal lewat internet.
Lalu, jika sedemikian mudah proses bisa kita lakukan, mengapa selalu saja ada pertanyaan dan keraguan dalam memahami bisnis buku digital? Nah, mari kita melihat bagan di bawah ini,
Tentu saja, setiap insan penerbit yang terbiasa membuat buku akan mudah memahami jalur diagram di atas. Tetapi banyak penerbit yang melupakan proses publish to tablet, publish to mobile dan publish to social. Yang harus dipahami para penerbit adalah tugas mereka bukan sekedar menghasilkan file .PDF yang diserahkan mentah-mentah kepada para penerbit buku digital. Mereka harus memahami bahwa buku digital adalah 'sebuah aplikasi' yang di dalamnya berisi konten dan 'tombol-tombol interaktif' yang menjadikan buku 'yang tidak sekedar buku yang dibaca'.
Buku Interaktif
Steve Jobs, pendiri Apple, membuat revolusi digital dengan mengenalkan tablet iPad yang menggunakan pendekatan 'sentuhan layar'. Ia berhasil membuat jutaan umat manusia tergila-gila untuk menekan berbagai macam tombol dan ikon di tablet pertama yang merubah cara orang membaca dan bermain. Ia memahami, bahwa orang membutuhkan sesuatu yang tidak melulu sebuah materi yang dilihat atau dibaca. Steve Jobs mengerti, bahwa orang membutuhkan suatu aktivitas interaktif yang menghubungkan konten dan para pembacanya.
Begitu juga dengan buku. Aktivitas interaktif apa yang anda rasakan pada saat Anda memegang sebuah buku? Memegang kertasnya? Menggenggam erat buku tersebut? Menjadikan buku sebagai sebuah bantal tidur? Atau membawanya kemanapun Anda pergi?
Lalu, jika buku tersebut menjadi buku digital, aktivitas interaktif apa yang Anda inginkan pertama kali dari sebuah buku digital? Dan sebagian besar dari jawaban dari para pembaca buku digital adalah tampilan yang menarik dan suara!
Suara?
Tahukah Anda, penjualan buku
Buku interaktif (Gambar: vimeo.com)
digital interaktif terbesar didapatkan di buku-buku pelajaran membaca untuk anak-anak? Pada peluncuran iPad tahun 2010, Steve Jobs menunjuk beberapa perusahaanpenerbitan buku digital anak-anak untuk membuatkan berbagai macam buku digital yang ditujukan pada anak-anak. Percobaan ini berhasil dengan sukses. Penjualan buku digital anak menembus angka 50 juta copy untuk belasan seri pertama yang disematkan dalam tablet iPad. Fenomena terjadi, anak-anak diAmerika Serikat dan Eropa tergila-gila dengan buku digital yang mereka baca dan mainkan lewat tablet iPad. Inti sederhananya adalah sebuah buku digital itu harus enak dibaca dan mudah dimainkan!Lalu, bagaimana dengan buku-buku digital dengan konten serius? Kali ini Amazon yang berhasil menguasai pasar. Mereka jeli, bahwa para pembaca mereka menginginkan sebuah pengalaman membaca buku dengan interaktivitas yang baru dan memberikan kemudahan dalam fasilitas indeks dan pencarian kata. Selain itu, Amazon berhasil menciptakan tablet yang hemat daya yang memungkinkan sang pembacanya menikmati buku berhari-hari tanpa harus mencharge ulang baterai tabletnya.
Lalu, pasar buku digital dunia meledak. Sistem distribusi yang menggunakan saluran internet dan pasar aplikasi yang dibentuk Apple, Amazon, Barnes & Nobble dan Google Android menjadi acuan terhadap tumbuh kembangnya penerbitan buku digital. Tidak hanya menjadi sebuah buku digital, kini para pembaca menginginkan sebuah bentuk interaktivitas yang lebih dari sebelumnya.
Buku Aplikasi, Aplikasi Buku
Tidak lama menunggu, Adobe mengeluarkan software In Design untuk merancang buku digital interaktif untuk konsumsi pembaca pengguna tablet. Diikuti perusahaan pengembang lain yang menawarkan berbagai macam format dan kemudahan dalam membangun aplikasi buku digital interaktif.
Sebuah perusahaan baru bernama WoodWing, http://www.woodwing.com menawarkan solusi bagi para penerbit yang ingin membuat format buku digital untuk berbagai saluran distribusi seperti web, smartphone, tablet, media sosial, dan cetak. Jasa sejenis yang dijalankan WoodWing ini menjadi fenomena baru dunia buku Digital. Ketidaktahuan dan ketidaksiapan para penerbit buku tradisional menghadapi era gadget tablet, menjadi celah para konsultan dan penyedia jasa konversi buku digital. Tetapi ini sangat membantu bagi penerbit yang mempunyai konten yang sangat menarik dan siap dilemparkan ke pasar. Dari pada harus susah membangun divisi baru di bidang buku digital, lebih baik memanfaatkan jasa layanan seperti WoodWing.
Tentu saja para penerbit cetak sudah selayaknya mempersiapkan sebuah divisi khusus yang berkonsentrasi ke produksi aplikasi buku digital, jika mereka menginginkan bisnis jangka panjang. Tidak hanya bergantung pada jasa layanan konversi, melainkan harus membangun divisi yang mencurahkan perhatian di bidang software development.
Rumitkah?
Tidak sama sekali. Sebabnya, membangun sebuah departemen atau divisi yang bertanggung jawab mengurusi pembuatan aplikasi Buku Digital Interaktif sekaligus mengurus sistem distribusi pemasarannya adalah seni yang sangat menyenangkan. Begitu banyak tantangan dan kesempatan yang bisa diraih dan mungkin belum terbayangkan bagi para penerbit cetak. Kita bisa memasang berbagai macam iklan interaktif di dalam buku digital yang kita produksi, kita bisa mengembangkan system pemasaran aplikasi dengan menggunakan kekuatan social media, kita bisa menggunakan kekuatan raksasa seperti Google dan Apple untuk mendukung penerbitan buku digital kita.
Caranya?
Tunggu tulisan saya selanjutnya. Selamat bergabung di dunia Aplikasi Buku Digital Interaktif.
*Sony Adi Setyawan, CEO Taken Interactive : Mobile Apps Developer, Mobile Game Developer, Digital Book Consultant, SEO Consultant, Portal-Web Consultant (http://www.takencreative.com)
Comments
Bulan Ramadlan :: Pengertian Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Versi Bulan Ramadlan
Aswaja Ramadlan → Biografi Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dan Asy’ariyyah
Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Nahdliyin Harus Menulis Bulan Ramadlan
Fakta Dasar Penulisan Ramadlan, Ramadan dan Ramadhan
Transliterasi رمضان (Bulan Ramadlan) Yang Benar - Bulan Ramadlan
Jaib Najhan
JAIB DAN NAJHAN
Forum Ramadlan
Ramadlan Fighter
Jasa SEO Bulan Ramadlan
Master SEO Jasa SEO
Bloramadan.blogspot.com
NU Garis Tengah
NU Garis Tengah NGT
Nahdliyun
Puisi Terbaru 2016
Ahlus Sunnah Wal Jamaah
Ustadz Ramadlan