Harian Joglo Semar : Berekspresi Membuat Video Klip
Berekspresi Membuat Video Klip
Jumat, 26/08/2011 21:59 WIB - Tim UMY
Video klip merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk mengapresiasikan berbagai macam bentuk ekspresi. Di Indonesia makin banyak berbagai macam video klip yang diproduksi, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi.
Dengan munculnya alat-alat berteknologi mempermudah seseorang untuk membuat video klip. Fenomena ini terjadi juga di kalangan mahasiswa yang mulai marak memproduksi video klip. Pasalnya, hampir di setiap kampus memiliki mahasiswa yang membentuk band indie. Bahkan di beberapa kampus, praktik pembuatan video klip telah menjadi mata kuliah wajib.
Dalam proses pembuatan video klip, terdapat tiga tahapan. Tahap pertama praproduksi yaitu tahap perencanaan. Secara umum merupakan tahap persiapan sebelum produksi. Tahap selanjutnya produksi, yakni tahap di mana kita merekam visual dan suara. Tahap yang terakhir adalah pascaproduksi, yang merupakan tahap di mana kita mengolah atau mengedit hasil yang diperoleh pada tahap produksi.
Menurut Sony Set, penulis skenario di berbagai stasiun televisi, kendala yang terjadi pada tahap produksi adalah penulis skrip dan tim kreatif kurang memahami inti pesan dari sebuah lagu. Bahkan, sering salah persepsi terhadap konsep visual dari video klip yang hendak dibuat.
Kreatif
Pada tahap selanjutnya, kendala yang terjadi dapat dibagi menjadi dua, teknis dan nonteknis. Kendala teknis, biasanya masalah alat, crew, jadwal lokasi, talenta dan production job list yang salah saat pembuatan. Sedangkan kendala nonteknis yang biasa terjadi adalah cuaca dan suasana yang tidak bersahabat. “Good preparation is good strategy. Semua perlu persiapan yang benar,” ujar Sony Set.
Sony menambahkan, jika mahasiswa ingin membuat video klip, maka perlu merumuskan ide kreatif. Ide kreatif akan muncul jika dalam satu tim, bisa memunculkan berbagai macam ide dalam setiap pertemuan.
“Dalam pembuatan video klip lagu sangatlah penting menciptakan sebuah skenario, agar antara lagu dan skenarionya terkesan saling menjiwai satu sama yang lain. Skenario dan lagu adalah hal yang utama dan harus dipahami oleh pembuat naskah. Apa yang diinginkan dan dicapai dari sebuah lagu,” ujar Sony.
Berkreasi dengan video klip tidak hanya sekadar mengambil gambar-gambar yang bagus. Misalnya pada pembuatan video klip lagu, kita harus dapat memahami bagaimana lagu tersebut. Ini berkaitan dengan konsepnya, pesannya, dan nilai moral yang terkandung di dalamnya.
“Jadi gambar bicara. Karena gambar itu mengandung seribu satu kata-kata, tidak perlu tulisan, tidak perlu kata-kata,” ujar Prit Timoty, bintang film yang juga aktif menjadi konsultan radio, voice over, dubber, narator, serta researchwriter itu.
Menurut pria yang aktif dalam Asosiasi Artis Yogyakarta ini, gambar tidak harus selalu persis dengan lirik lagu, namun tetap menyampaikan pesan moral dan menggiring audiensi kepada makna lagu tersebut. Untuk masalah pemilihan gambar juga tidak harus seperti yang disebutkan dalam lirik.
Prit juga memberi contoh lain seperti lagu Ebiet G Ade tentang bencana, di mana bisa disajikan gambar-gambar seperti gunung meletus, tsunami, penderitaan orang yang terkena bencana. Meskipun lirik lagu tidak menyebutkan gambar-gambar tersebut.
“Jadi kita menyajikan bahasa-bahasa gambar yang metaforis, atau gambar kiasan. Dan kita juga bisa mengubah warnanya menjadi hitam putih atau sepia, sehingga lebih terkesan dramatisnya bencana tersebut,” tambah pengajar di konsentrasi Broadcasting Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini. Lebih lanjut dikatakan Prit, jangan memiliki perasaan takut salah. Sebab, dengan melakukan kesalahan maka pengalaman akan bertambah.
Tim UMY
Jumat, 26/08/2011 21:59 WIB - Tim UMY
Video klip merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk mengapresiasikan berbagai macam bentuk ekspresi. Di Indonesia makin banyak berbagai macam video klip yang diproduksi, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi.
Dengan munculnya alat-alat berteknologi mempermudah seseorang untuk membuat video klip. Fenomena ini terjadi juga di kalangan mahasiswa yang mulai marak memproduksi video klip. Pasalnya, hampir di setiap kampus memiliki mahasiswa yang membentuk band indie. Bahkan di beberapa kampus, praktik pembuatan video klip telah menjadi mata kuliah wajib.
Dalam proses pembuatan video klip, terdapat tiga tahapan. Tahap pertama praproduksi yaitu tahap perencanaan. Secara umum merupakan tahap persiapan sebelum produksi. Tahap selanjutnya produksi, yakni tahap di mana kita merekam visual dan suara. Tahap yang terakhir adalah pascaproduksi, yang merupakan tahap di mana kita mengolah atau mengedit hasil yang diperoleh pada tahap produksi.
Menurut Sony Set, penulis skenario di berbagai stasiun televisi, kendala yang terjadi pada tahap produksi adalah penulis skrip dan tim kreatif kurang memahami inti pesan dari sebuah lagu. Bahkan, sering salah persepsi terhadap konsep visual dari video klip yang hendak dibuat.
Kreatif
Pada tahap selanjutnya, kendala yang terjadi dapat dibagi menjadi dua, teknis dan nonteknis. Kendala teknis, biasanya masalah alat, crew, jadwal lokasi, talenta dan production job list yang salah saat pembuatan. Sedangkan kendala nonteknis yang biasa terjadi adalah cuaca dan suasana yang tidak bersahabat. “Good preparation is good strategy. Semua perlu persiapan yang benar,” ujar Sony Set.
Sony menambahkan, jika mahasiswa ingin membuat video klip, maka perlu merumuskan ide kreatif. Ide kreatif akan muncul jika dalam satu tim, bisa memunculkan berbagai macam ide dalam setiap pertemuan.
“Dalam pembuatan video klip lagu sangatlah penting menciptakan sebuah skenario, agar antara lagu dan skenarionya terkesan saling menjiwai satu sama yang lain. Skenario dan lagu adalah hal yang utama dan harus dipahami oleh pembuat naskah. Apa yang diinginkan dan dicapai dari sebuah lagu,” ujar Sony.
Berkreasi dengan video klip tidak hanya sekadar mengambil gambar-gambar yang bagus. Misalnya pada pembuatan video klip lagu, kita harus dapat memahami bagaimana lagu tersebut. Ini berkaitan dengan konsepnya, pesannya, dan nilai moral yang terkandung di dalamnya.
“Jadi gambar bicara. Karena gambar itu mengandung seribu satu kata-kata, tidak perlu tulisan, tidak perlu kata-kata,” ujar Prit Timoty, bintang film yang juga aktif menjadi konsultan radio, voice over, dubber, narator, serta researchwriter itu.
Menurut pria yang aktif dalam Asosiasi Artis Yogyakarta ini, gambar tidak harus selalu persis dengan lirik lagu, namun tetap menyampaikan pesan moral dan menggiring audiensi kepada makna lagu tersebut. Untuk masalah pemilihan gambar juga tidak harus seperti yang disebutkan dalam lirik.
Prit juga memberi contoh lain seperti lagu Ebiet G Ade tentang bencana, di mana bisa disajikan gambar-gambar seperti gunung meletus, tsunami, penderitaan orang yang terkena bencana. Meskipun lirik lagu tidak menyebutkan gambar-gambar tersebut.
“Jadi kita menyajikan bahasa-bahasa gambar yang metaforis, atau gambar kiasan. Dan kita juga bisa mengubah warnanya menjadi hitam putih atau sepia, sehingga lebih terkesan dramatisnya bencana tersebut,” tambah pengajar di konsentrasi Broadcasting Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini. Lebih lanjut dikatakan Prit, jangan memiliki perasaan takut salah. Sebab, dengan melakukan kesalahan maka pengalaman akan bertambah.
Tim UMY
Comments
Diskusi sama yang buat lagunya juga dong.