JBDK Talkshow "Voyeurisme di sekitar kita!"




(Talk Show ROSSY SHOW - Global TV - Rencana Tayang 6 dan 8 Agustus 2010. Puku 21.00 Global TV)

Pada Juli 2010, saya bersama rekan-rekan Global TV bersama membuat acara dalam episode Rossy show, sebuah acara talkshow di Global TV. Demi mendengar orang-orang yang terlibat di belakang acara ini, saya langsung tertarik untuk memberikan masukan terhadap pokok bahasannya. Awal mulanya, episode ROSSY Global TV kali ini akan membahas masalah Voyeurisme yang terjadi di beberapa kasus yang menimpa artis-artis kita. Sebut saja kisah Femmy Permata Sari yang pernah menjadi korban pengambilan gambar tanpa ijin (mencuri gambar), saat ia sedang berganti pakaian di tempat ganti. Peristiwa tersebut terkenal dengan kasus "Video Casting" dan yang menjadi korban adalah artis-artis terkenal seperti Sarah Azhari, Rachel Maryam dan Femmy Permata Sari.

Modus operandinya, kamera diletakkan secara tersembunyi di balik cermin ruang ganti rias artis. Setelah itu, gambar video yang di dapat, malah didistribusikan ke seluruh pelosok negeri.

Kasus Video Casting tersebut menjelaskan ke kita, bahwa kasus Bugil di Depan Kamera tidak melulu berupa video hubungan intim. Tetapi menjadi sebuah pola pencurian gambar/video yang dilakukan oleh pelaku yang sebagian besar adalah laki-laki. Kasus Candid Kamera selama ini banyak tidak di sadari oleh kaum perempuan yang tidak sadar bahwa dirinya diintai setiap saat oleh kaum pelaku voyeurisme.

Lalu Voyeurisme itu apa? Sederhananya, Voyeurisme adalah pola penyimpangan kejiwaan dari para pelakunya sendiri yang mendapatkan kepuasan apabila berhasil mengintip dan merekam tubuh lawan jenis yang dikejarnya.

Sebagian besar korban adalah perempuan. Dan mereka diabadikan dalam kondisi yang sama sekali tidak siap. Di Jepang, kasus pencurian gambar bahkan sampai ke taraf yang menjijikkan. Kamera-kamera tersembunyi bertebaran di mana-mana. Dari sekedar ruangan parkir, ruangan hotel hingga toilet kamar mandi.

Baru-baru ini terjadi kasus pencurian gambar yang dilakukan sang pengintip (seorang oknum mahasiswa) terhadap seorang artis terkenal, Febby Febiola. Febby, diambil gambarnya saat ia sedang berada dalam sebuah toilet di sebuah mall terkenal di wilayah jakarta pusat. Sang pelaku, seorang mahasiswa laki-laki yang menyelinap ke sebuah toilet perempuan dan mengabadikan aktifitas para pemakai toilet, termasuk korbannya adalah Febby Febiola.

Namun karena keberanian Febby Febiola sendiri yang secara sadar melihat sebuah handphone Black Berry yang diarahkan kepadanya dari balik toilet di sebelah, ia segera berteriak dan memanggil security untuk menangkap sang pelaku.

Dari tangan pelaku, ditemukan beberapa gambar rekaman dan video dari korban lainnya. Pelaku dilaporkan ke polisi dan menghadapi berbagai macam tuntutan.

Kasus Voyeurisme yang menimpa Febby Febiola menjadi pokok bahasan acara ROSSY SHOW. Tetapi saya mencoba memberikan masukan, bahwa fenomena pengintipan dengan alat rekam digital saat ini jauh lebih gila dan lebih dari bayangan kita semua,

Saat ini, dipasaran, kamera-kamera seukuran kancing, cincin, pulpen, gantungan kunci, kacamata dan ukuran-ukuran mini, tersebar dan dijual dengan harga yang luar biasa sangat murah dibandingkan harga handphone. Sebuah kamera dengan kemampuan rekam high definition 30 frame per detik, dijual dengan harga rp. 500.000,- dengan durasi rekam mencapai 4 jam setiap dioperasikan.



Kamera ini saya tunjukkan di acara Rossy Talkshow yang dihadiri sekitar 100 mahasiswa Universitas Parahiyangan. Saya bilang ke mereka, bahwa kasus Candid Camera adalah gelombang Video Pornografi ke 4 yang saat ini mengancam sebagaian besar kaum perempuan. Sebelumnya, dengan rekan kameramen dan reporter Global TV, saya melakukan kunjungan bersama ke Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kita ketemu dengan Pak Jonhar, salah seorang Asisten Deputi di sana. Kita diskusi tentang kegilaan voyeurisme yang meledak namun belum disadari oleh banyak orang (wanita khususnya). Pak Jonhar ternyata cukup terkejut dengan materi yang kita bawa. Beliau mengatakan, untuk kasus pelecehan perempuan dengan cara pengambilan gambar tersembunyi adalah masalah besar yang seharusnya ditanggapi dengan serius.

Lalu kami mencoba memberikan beberapa informasi antara lain beberapa situs porno buatan dalam negeri yang setiap hari mengunggah foto-foto Candid Camera dengan korban para wanita muda. Bahkan yang lebih mengerikan, para pelaku pencurian gambar dan video, menargetkan korban yang semakin lama semakin muda. Banyak sekali foto-foto Anak usia SMP yang diambil gambarnya dari (maaf) bagian bawah roknya. Belum lagi video-video hubungan seksual, video/gambar pada saat korban berganti pakaian/nudis atau sedang dalam keadaan tidak berbusana yang di ambil dari ruang-ruang bilik warnet, taman, mall ataupun toilet.

Dan itu semua diunggah dan disebarluaskan setiap hari!

Saya mencoba berdiskusi dengan Rosiana Silalahi, sang Host acara Rossy Show. Saya bilang ke dia, situasinya sudah sedemikian absurd. Jalan satu-satunya adalah meminta setiap perempuan berhati-hati terhadap cara berpakaian atau membawakan dirinya di berbagai tempat publik maupun privat. Rossy mengemukakan suatu argumen, bahwa kesalahan justru terjadi pada pihak pelaku yang mencoba mengeksploitasi perempuan yang sedang dalam kondisi tidak tahu bila dirinya sedang diintip/diintai. Jawaban saya, masalahnya kita nggak tahu, bagaimana melakukan identifikasi siapa-siapa saja pelaku dan calon pelaku voyeurisme. karena menurut saya, Voyeurisme adalah penyakit menular yang bisa menyerang siapa saja.

Saya berikan beberapa contoh kejadian nyata kasus voyeurisme di kendaraan umum. banyak sekali gambar dan video yang diambil oleh pelaku terhadap para korban perempuan yang mengenakan pakaian rok. Mereka dengan berbagai cara mencari waktu lengah korban untuk diintai dan (maaf) diambil gambar pakaian dalamnya. Saya ceritakan, bahwa voyeurisme jenis tersebut adalah orang-orang yang tertarik terhadap Fetishm (underwear) dan orang-orang yang tertarik untuk mengabadikan (maaf) sekitar bagian buah dada perempuan. Dan fenomena ini dibuktikan dengan berbagai macam video dan gambar buatan lokal yang diunggah dalam skala besar setiap hari di Internet.

Masalahnya, sebagian besar pelaku justru memberikan keterangan teks yang melecehkan korban-korba mereka. Dari sekedar memberikan alamat, nama korban hingga lokasi pengambilan gambar. Artinya? Selamat datang kriminalitas digital model Voyeurism!



Pada tanggal 30 Juli 2010, saya datang ke SMP-SMA Global Mandiri di Cibubur. Saya bersama rekan Benny Pew, mencoba memberikan sebuah pemaparan gerakan "Jangan Bugil di Depan Kamera!" di depan orang tua murid dan ratusan siswa di sana. Saya cerita kepada mereka, bahwa dunia ini semakin liar dan berbahaya. penyimpangan digital dengan korban anak-anak muda Indonesia sampai di titik yang paling membingungkan.






Kasus Video Ariel dan Luna Maya hanyalah sebuah letupan diantara jutaan kasus yang akan dan sedang terjadi. Video Porno Candid Camera adalah gelombang pornografi berikutnya yang bersiap menerpa kita dalam keadaan siap maupun tidak siap. Saya katakan ke mereka, yang penting adalah kita harus berhati-hati dan bertindak di alam digital ini. Pornografi menemui bentuk baru dengan menggabungkan teknologi Spy Camera. Dan celakanya, bentuk baru dengan menggabungkan Voyeurisme adalah penyakit menular yang setiap saat bisa membuat kita semua menjadi pelaku maupun korban.

Kita tidak bisa selalu bergantung pada pemerintah ataupun penegak hukum. Penyimpangan secara serentak sudah dan sedang terjadi. Saya hanya bisa memberikan peringatan dini, bahwa hidup kita sedang dimata-matai oleh jutaan kamera digital di luar sana.

Handphone, SPY CAM dan berbagai jenis alat pengintai, siap menghabisi kita dan mempermalukan kita setiap saat. Sudah saatnya kita sadar dan menjaga diri kita sendiri.

Lalu?

Semoga kita masih bisa bertahan dan melawan. Dan korban jatuh, tidak akan terlalu banyak...

Semoga...


Sony Set
Founder "Jangan Bugil di Depan Kamera!"

Comments