Launching Buku : MISS V dan Tuan Media
Buku Genderasi Media karya teman-teman UII ---------------> Sudah diralat ..:)
Ini sekedar komentar saya yang dimuat di buku tersebut :
Sebenarnya, persoalan gender di ruang media atau media massa atau media publik atau literatur apapun yang disebarluaskan, bermula dari aspek religiusitas yang menjadikan perempuan sebagai sebuah obyek tersendiri yang patut dicermati. Agama apapun di dunia, selalu membuat multi tafsir perempuan sebagai sebuah mahluk yang dipenuhi keindahan ragawi. Setiap kitab suci di dunia, selalu mempunyai pokok bahasan spesifik tentang mahluk perempuan, yang terus terang bila kita mau meneliti lebih dalam, sebagian besar ayat tentang perempuan, berdasarkan cara pandang laki-laki.
Apakah kita pernah menemukan, penulis ayat kitab suci adalah seorang perempuan? Sampai saat ini, belum ada literatur manapun yang mengulas penulis perempuan dalam kitab suci agama-agama samawi. Artinya, jangan-jangan selama ini, cara pandang kita terhadap Tuhan adalah 'mahluk berjenis kelamin laki-laki'.
Saya tidak mau berputar dalam persoalan berat di atas. Mari kita kecilkan permasalahan dalam kondisi geografis di Indonesia. Dapatkah Anda menceritakan asal muasal gender menjadi sebuah persoalan di media massa kita? Apakah selama ini media massa kita bertindak adil untuk mencitrakan perempuan sebagai sebuah subyek, tidak melulu sebuah obyek keindahan yang dieksplorasi berat badan dan bentuk tubuhnya?
Saya masih meneliti, sejak kapan media massa kita menjadikan perempuan menjadi obyek pemberitaan dan obyek fotografi. Masih ingat iklan 'kain pel' yang menggambarkan seorang perempuan berkain kebaya dan digambarkan sedang membersihkan lantai, lengkap dengan grafis visual lekuk tubuhnya? Tahukah Anda, bahwa iklan tersebut telah muncul sejak puluhan tahun yang lalu? Sebuah penggambaran sederhana tentang fungsi perempuan yang cantik dan seksi sekaligus 'petugas kebersihan rumah tangga?'
Lalu cobalah melihat pencitraan perempuan lewat media massa di era kini. Adakah yang berubah? Okelah, media massa mencoba memberikan porsi pemberitaan bagi perempuan-perempuan cerdas setingkat Sri Mulyani, Mentri keuangan kita. Tapi coba bandingkan dengan kisah-kisah kontroversial seputar dunia perempuan dan dunia hiburan yang dikupas dengan tampilan seksi di media televisi. Maka kita menemukan hal-hal yang tidak berubah. Yaitu, sampai sekarang, media massa lebih senang menjadikan perempuan sebagai obyek visual hiburan belaka.
Berapakali Angelina Sondakh, anggota DPR kita yang selalu resah dikejar wartawan-wartawan infotainment? Ia merasa tertekan dijadikan obyek pemberitaan masalah pribadinya, bukan soal pembicaraan kinerja dia sebagai anggota DPR. Belum lagi soal Julia Perez yang dijadikan bahan bulan-bulanan komoditas hiburan dan politik. Lalu sampai kapan media massa kita akan menempatkan perempuan secara seimbang, bukan sebagai obyek?
Semoga buku ini bisa membukakan mata kita tentang kondisi media dan gender perempuan saat ini. Paling tidak, kita punya waktu 1 jam untuk berpikir jernih dan membaca tuntas buku ini. Selebihnya? Semoga kita tidak selalu memandang perempuan menjadi obyek atas nama kelelakian kita sendiri.
Salam
Sony set.,
Comments
terima kasih :)
by: salah satu penulis dari buku "Miss V dan Tuan Media, Merecoki Vminisme"