Sekapur Sirih dari Ibu Meutia Hatta


Sekapur Sirih dari Ibu Meutia Hatta

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah terbit sebuah buku mengenai masalah remaja, yang secara khusus menyoroti kekerasan terhadap remaja pada saat berkencan (teen dating violence). Saya menyambut baik terbitnya buku ini, karena pembaca dapat mempelajari akar masalah dari kekerasan yang sering dihadapi oleh para remaja, terutama remaja perempuan, pada saat berkencan.

Remaja Indonesia, yang terdiri dari perempuan dan laki-laki, adalah aset dan potensi bangsa yang sangat berharga, karena mereka adalah sumber daya insani yang akan meneruskan pembangunan nasional di masa mendatang. Saat ini, mereka berkembang dalam masa kemajuan teknologi dan informasi yang sangat pesat, sehingga mereka sangat mudah mengakses dan terpengaruh oleh informasi baru, yang pada kenyataannya tidak selalu berdampak positif bagi mereka. Masa remaja merupakan masa rentan, karena merupakan masa transisi dari kanak-kanak menjelang dewasa, yang ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, biologis dan sosial. Kematangan biologis remaja masa kini dipercepat oleh adanya makanan-makanan impor yang mengandung berbagai unsur yang mengakibatkan percepatan pertumbuhan biologis, padahal makanan seperti ini merupakan tren di kalangan anak-anak dan remaja. Karena itu, kematangan biologis para remaja semakin cepat, padahal kematangan kejiwaannya belum memadai. Dengan demikian mereka lebih menuruti dorongan biologisnya, tanpa rasa tanggung jawab.

Indonesia mempunyai nilai budaya yang kaya dan sangat luhur, demikian juga kearifan lokal yang berisi nasihat dan petuah bagi anak dan remaja. Akan tetapi budaya dan kearifan lokal yang telah ada sejak zaman nenek moyang sering dianggap oleh para remaja sesuatu yang ”kuno” atau sudah tidak relevan lagi dengan kehidupan sekarang. Keadaan ini merupakan salah satu penyebab terjadinya bias budaya, di mana ada pengaruh luar yang sangat mudah diakses, sedangkan para remaja tidak dibekali nilai-nilai luhur yang selama ini di anut oleh bangsa Indonesia. Kurangnya pemahaman akan nilai budaya dan tatanan luhur dari bangsa Indonesia membuat para remaja semakin menjauhi akar budaya adat-istiadat bangsanya. Oleh karena itu, kita para orang tua, para pendidik, para pemimpin berkewajiban untuk menjaga para remaja dan mempersiapkan mereka agar mampu untuk menjadi pemimpin yang baik di hari depan. Dengan bekal pengetahuan dasar tentang nilai budaya dan religi serta tanggung jawab atas segala perbuatannya, maka diharapkan para remaja mampu menyaring informasi yang didapatnya, dan membuang segala informasi yang akan merusak hari depannya.

Salah satu kegiatan yang sering dilakukan remaja adalah kencan (dating) yang melibatkan remaja perempuan dan laki-laki. Kebanyakan dari mereka tidak mengerti atau tidak mengetahui akibat dari perbuatannya, sehingga mereka lebih mementingkan dorongan biologisnya tanpa memperhatikan akibat dari tindakan dan perbuatannya tersebut. Hal ini disebabkan oleh perkembangan biopsikososial yang belum terlalu matang. Seiring dengan waktu, hubungan kencan (dating) bisa menuju ke arah yang tidak seimbang antara perempuan dan laki-laki, yang berakibat adanya kekerasan (violence) pada salah satu pihak. Seringkali pihak yang dirugikan adalah perempuan. Kekerasan dalam hubungan kencan (dating), merupakan salah satu contoh dari dampak negatif kemajuan teknologi dan informasi yang tidak tersaring dengan benar.

Kebijakan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI, antara lain, adalah Keadilan dan Kesetaraan Gender, Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan dan Perlindungan Perempuan. Khusus untuk kekerasan, kebijakan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI adalah “Zero Tolerance Policy”, yaitu suatu kebijakan yang tidak memberikan toleransi untuk setiap kekerasan terhadap perempuan. Oleh sebab itu, saya mendukung langkah dari Bapak Sony Adi Setyawan dalam usahanya membantu pemerintah untuk mensosialisasikan penghapusan kekerasan di setiap lingkup kehidupan, tak terkecuali lingkungan remaja yang memang memerlukan lebih besar perhatian dari keluarga dan masyarakat.

Selamat membaca!


Jakarta, Januari 2009
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
Republik Indonesia


Prof. Dr. Meutia Hatta Swason

Comments