Sebuah Perjuangan



Selasa, 21 Oktober 2008

Tim JBDK pusat kebetulan sedang meeting bareng dengan mas Koko, pimpinan yayasan Srimulat yang bermarkas di daerah Gremet Manahan Solo. Kita ngobrol banyak banget dari jam 4 sampai 11 malam, dari sekedar rencana pembuatan TV Lokal Boyolali, regenerasi Aktor dan Aktris Srimulat, cerita perjuangan Srimulat di era awal hingga rencana kerjasama dengan sebuah stasiun televisi nasional dalam waktu dekat ini. Benny Pew, kordinator JBDK Solo datang pula. Kita ngobrol gayeng malam ini, kebetulan juga, dalam bulan ini, tim JBDK dan Srimulat akan membuat program inhouse televisi nasional di Jakarta.

Selain diskusi masalah kerjaan, pembicaraan malam itu juga membahas masalah keributan penolakan RUU Pornografi yang banyak ditentang kaum seniman dan budayawan. Dan masalah pelik yang selalu di angkat adalah soal penafsiran pasal yang beragam dan ditanggapi sebagai sebuah rancangan undang-undang yang kelak memasung kemerdekaan oleh para penentangnya. 

Saya sempat menanyakan sikap yayasan Srimulat, sebagai icon gerakan seniman egaliter yang sudah ada dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun. Tanggapan Mas Koko cukup melegakan, bahwa sesungguhnya, dalam hati nuraninya, ia sangat mendukung RUU Pornografi, atas nama masa depan anak-anak negeri ini. Mas Koko bilang, bahwa kondisi kegilaan pornografi di negeri ini tidak bisa hanya diatur dengan KUHP, harus ada undang-undang yang lebih detil menjabarkan masalah pornografi dan memberikan solusi penyelesaian kerumitannya. Ternyata, nggak semua seniman bersikap kontra terhadap Rancangan Undang-undang Pornografi. 




Sebagai pendiri JBDK, saya mempunyai sikap untuk mendukung visi mas Koko. Saya pribadi mendukung RUU Pornografi, namun juga menerima beberapa alasan dari teman-teman Seniman yang meragukan kualitas dan integritas dari RUU itu sendiri. Seperti kita tahu, RUU Pornografi dulu bernama RUU Anti Pornografi yang digagas sejak tahun 2002. Nah payahnya, ketika itu, salah seorang anggota PANSUS RUU APP adalah Yahya Zaini, Anggota DPR yang terkenal dengan film porno handphone yang dibintangi bersama Maria Eva. Sejak itu, PANSUS jadi melempem dan menimbulkan rasa sinis di kalangan masyarakat. Pendapat mereka seragam, "pembuat RUU APP kok malah membuat film porno?"

Tapi pak Yahya Zaini kan sekarang udah kabur ke luar negeri, mengungsi karena mendapat tekanan dan hujatan dari sana-sini. Seharusnya PANSUS RUU Pornografi tersisa hanya anggota-anggota DPR dan perwakilan masyarakat yang kredibilitasnya cukup clean dan dapat dipercaya untuk membuat UU yang bagus. Namun, hal tersebut tidak membuat para para seniman dan budayawan mengendurkan penolakannya. Mungkin mereka udah kadung paranoid, karena seperti kita tahu, draft-draft awal RUU APP mengandung beberapa penafsiran yang sangat rancu dan 'agak membahayakan' bila diaplikasikan.

Saya nggak mau membahas isi-isi pasal RUU APP atau RUU Pornografi pada kesempatan ini. Walaupun saya mempunyai draftnya, tapi silahkan saja Anda-anda berburu di link-link internet atau situsnya teman-teman DPR.

Pas jam 8 malam, tiba-tiba saya dapat telepon dari Via (nama saya samarkan). Via adalah seorang anak SMA kelas 2 di Kota Malang. Saya pernah bertemu dan berkenalan dengannya, saat saya mendapatkan undangan dari Universitas Muhammadiyah Malang pada bulan maret 2008, saat menyelenggarakan kampanye JBDK di sana. Via adalah seorang pelajar yang baru mekar dan telah mencoba berpacaran beberapa kali. Namun telepon malam itu mengejutkan saya,
 
 "Mas, bisa tolongin saya? Mantan Pacar saya nyebarin foto-foto nudis saya lewat Friendster. Ada 33 foto, dia melakukannya karena 
  saya menolak diajak ML!"

 "Hah?!!!!"


 

Saya kehabisan kata-kata mendengar penjelasan Via. Lalu beberapa menit kemudian, Via mulai menerangkan dengan detail lewat SMS-SMS panjang yang diforward ke saya dan beberapa diantaranya adalah SMS-SMS ancaman dari mantan pacarnya. Dari sekedar kata-kata hujatan sampai ancaman menyebarkan foto-foto tersebut ke sekolah tempat Via belajar.

Saya langsung diskusi dengan mas Koko, dia kaget banget waktu saya cerita soal Via. Kita coba untuk menolong Via dengan menghubungi teman-teman wartawan. Sebenarnya sih, kalau mau diselesaikan lewat jalur teman-teman 'burusergap' lebih gampang. Penyelesaian dengan cara 'CleaR and Present Danger' mungkin cara yang praktis, tapi, karena mantan cowok si Rya ini juga masih berstatus pelajar SMA, akhirnya kita gunakan pendekatan normal.

Pembicaraan kita terhenti jam 11 malam, saya harus balik ke Jogja, kembali ke haribaan keluarga. 

Kamis, 23 Oktober 2008

Saya tiba di Jakarta, langsung ke Markas JBDK di Asem Baris Tebet. Perjalanan kereta malam meremukkan tulang-tulang persendian saya, membuat sekujur tubuh serasa dibebat oleh gypsum. Jam 5.30 pagi, saya sampai di sana. Mas Rudi Utomo, sang penunggu setia markas menyambut saya dengan segelas teh panas. Nikmat tenaannnn....

Kita ngobrol ngalor ngidul untuk memecah suasana dingin pagi kota Jakarta yang mulai dipayungi mendung. Di markas JBDK yang mungil ini, kami membuat beberapa rencana ke depan yang erat kaitannya dengan TV Program dan Program JBDK dengan beberapa instansi pemerintah. Sebenarnya, hari ini saya ada jadwal meeting dengan Trans 7, berkenaan dengan planning kerja bareng SRIMULAT-JBDK dan mereka. Tapi mendadak acara meeting diundurkan besok, jadi seharian ini saya gunakan untuk jalan-jalan melihat hujan. Hujan?

Jakarta pada 30 derajat Celcius, hujan mulai deras mengguyur. Seperti biasanya saya berlindung dibalik bangunan gedung Mall. Mencari-cari sesuatu barang-barang yang akan saya koleksi. Oh ya, beberapa waktu belakangan ini, saya tergila-gila dengan namanya KOMPAS, alat penunjuk arah berbentuk jam atau Digital. Saya pernah mencoba kompas digital yang tersedia pada Jam CASIO Gshock seri ProTrekker. Wihhh...harga jam itu mahal banget, 1,5-2,5 juta. Tapi fungsinya keren banget, Protrekker GSHOCK mempunyai 3 sensor, Termometer, Barometer dan Kompas. Bahkan, dengan fungsi barometer, kita bisa meramalkan dengan tepat kondisi cuaca yang akan datang. Misalnya begini, jika kondisi cuaca bertekanan tinggi berarti cuaca akan cerah. Sebaliknya, cuaca bertekanan rendah dapat dipastikan akan terjadi hujan. Pada Jam ini, kita dapat memprediksi berapa lama/waktu lagi, cuaca akan berubah. Keren banget kan?

Malamnya, saya balik lagi ke Markas JBDK. Tidur di sana, bener-bener hari yang nggak efektif.




Jumat 24 Oktober 2008, saya meeting seharian di Trans 7 bersama Mas Bambang ELF dan timnya. Kita nyiapin program baru yang rencananya bakal melibatkan teman-teman Srimulat Next Generation. Saya jabarkan sedikit ya, Srimulat Next Generation adalah kebangkitan Srimulat generasi baru yang akan mewarnai kembali tayangan televisi di Indonesia. Sebuah pertaruhan berat, bayangin aja, panji-panji kebesaran Srimulat yang udah 50 tahun lebih melanglang buana, menjadi sebuah pergerakan kesenian tradisional panggung yang akhirnya menjadi icon tayangan televisi. Kalaupun dalam 3 tahun terakhir, gerakan kesenian Srimulat berhenti tayang di televisi, itu karena sebuah keniscayaan, bahwa format baru kesenian rakyat ala Srimulat harus ditata ulang. Atau istilah kami, "Sudah saatnya Srimulat melahirkan generasi baru!"

Icon-icon personal seperti Gepeng, Tarzan, Tessy, Asmuni, Doyok, Kadir yang bahkan hingga hari ini masih wara wiri di layar televisi, adalah kekuatan para senior yang membuktikan ketangguhan jiwa seniman panggung. Maka, tidak ada yang salah, jika tahun ini, jiwa-jiwa segar dari Srimulat-srimulat muda, bersiap melanjutkan tongkat estafet puncak panggung hiburan, komedi sejatinya.

Lalu, apa hubungannya JBDK dengan rencana ini? Ah, terlalu besar untuk diceritakan tentang detail rencana ini. Sederhananya, saya mencoba memasukkan wacana JBDK kelak setiap hari, di setiap tayangan televisi yang saya buat bersama teman-teman Trans 7 dan Srimulat. Sebuah wacana, kesadaran untuk berpendapat dan bertindak. Bahwa kita sedang menghadapi candu pornografi, dan kita harus menghadapinya lewat cara yang cerdas, bukan sekedar berdebat sampai botak (tentang hal porno atau tidak, betapa bodohnya kalau kita masih berkutat di masalah ini). 

Sebuah rencana memadukan gerakan idealisme dan kesenian. Kami sedang berjuang mati-matian untuk menjalankan semuanya...

Saya selalu deg-degan menjadi salah satu bagian, saksi dan pelaku pembentukan Srimulat N.G., gerakan JBDK dan kekuatan stasiun televisi. Semoga segalanya akan baik-baik saja. Semoga Gusti Allah memberikan kami ketabahan untuk menjalankan rencana besar ini. Insya Allah.

Sony Set
JBDK

Comments