Chasing Marijan - Labuhan Merapi Episode 1
Never Ending Marijan!
Jogja, 13 Agustus 2007. Tim dari Good Morning jakarta, Eno reporter dan Andi Kamerawan akhirnya datang ke kota ini dan ditugaskan untuk meliput acara Labuhan Merapi yang jadwalnya dimulai dari tanggal 13-15 Agustus 2007.
Mereka datang jam 14.00 di kampus Amikom tanggal 13 agustus, pas siang panas di Jogja. Tentunya mengemban sebuah tugas yang pernah direncanakan sebelumnya : Mengejar Marijan!
Kami langsung berdiskusi menyiapkan materi acara liputan Labuhan Merapi. Dan target kami, bisa mewawancarai si Mbah Keren tersebut, sang Laki-laki sejati dari Lereng Merapi.
Ternyata Acara Labuhan mempunyai beberapa agenda yang bakal dimulai per tanggal 14 agustus 2007 jam 7 pagi di Bangsal Kraton Ngayogyakarta. Jadi saya dan Tim Good Morning berpisah sementara, mereka bikin liputan sekitar jogja, feature, kuliner dan sebagainya, yah menjalankan tugas sebagai karyawan yang baik.
Tanggal 14 agustus jam 6 pagi, saya, Benny dan Joko Badek (produsernya RBTV) sudah standby di Amikom Ring Road Utara. Kita rencananya berangkat bareng dengan tim transtv menuju lokasi Kraton Jogja.
Nggak berapa lama, jam 7 pagi, kami sudah berada dalam mobil transtv menuju bangsal kraton. Disana sudah bersiap beberapa pengageng dan abdi dalem kraton.
Kita sempat ketemu dengna Owner Jogja TV, Gusti Prabu. Beliau ini adiknya Sultan HB X. Orangnya ramah dan ceplas-ceplos, wah enak juga ngobrol bareng dia.
15 menit kemudian, upacara penyerahan sesaji labuhan dimulai. Selesai didoakan, Sesaji labuhan segera dibawa dengan menggunakan iring-iringan kendaraan untuk dihantarkan ke Merapi.
Kita langsung buru-buru naik ke atas mobil dan berangkat bersama iring-iringan mobil. Tentu saja, kita nggak kepingin kehilangan moment, salah satu unsur jurnalistik yang menarik adalah Sesi Pengejaran. Dan itu pasti, walaupun tidak terbukti secara ilmiah...hehehehe...
Sampai di Kecamatan Cangkringan, kira-kira jam 8 pagi. Disana, sang Mbah Marijan sudah Stand By, lengkap dengan pakaian adat dan lencana kerhormatan dari Kraton.
Teman-teman wartawan dan TV Lokal juga sudah pada datang. Eno dan Andi Goodmorning berusaha mendapatkan gambar dan kesempatan wawancara dengan si Mbah Marijan. Tentu saja gagal, karena si Mbah bener-bener lagi serius banget wajahnya dan nggak mood diajak dialog.
Dari prosesi penyerahan sesaji labuhan di kecamatan cangkringan, kami tidak langsung naik ke Merapi. Karena rencana labuhan, akan diadakan pagi hari berikutnya. Alias tanggal 15 agustus 2007.
Kita turun dulu ke Jogja, aku dan Benny stand by di Kampus Amikom, karena kita berencana, jam 20.00 malam ini juga kita bakal naik lagi ke Merapi, stand by untuk ikut acara prosesi sesaji esok harinya.
Jam 21.00, dari Kampus Amikom, kami dan tim transtv segera melesat ke Kinah Rejo, dusun tempat sang Mbah Marijan tinggal. Disana digelar acara ketoprak dan tirakatan. Kalian boleh percaya atau tidak, beberapa pelajar Australia dan Jepang, turut serta bergabung dengan ratusan tamu yang malam itu berencana ikut tirakatan dan naik gunung esok harinya.
Malam itu, saya dan Tim Good Morning berusaha mencari celah untuk mewawancarai Simbah Marijan. Tetapi kami nggak bisa mendekat, lah jelas, tamunya saja ratusan dan simbah marijan tampak sedang tafakur berkonsentrasi ke acara prosesi yang besok akan dipimpinnya. Alhasil, usaha kita untuk mengambil gambar dan wawancara, gagal total malam itu.
Karena malam sudah larut, akhirnya aku dan teman-teman mencari warung terdekat di sekitar Kinah Rejo untuk beristirahat. Nah, warung-warung di sini menyediakan DIpan Tidur Gratis buat siapa saja yang ingin menginap dan naik gunung merapi. Tanpa tunggu waktu, aku segera terlelap, menyiapkan tenaga untuk pendakian merapi esok hari.
Jam 4 Subuh, 15 Agustus 2007. Aku terbangun oleh hingar bingar suara orang-orang pendaki yang bersiap naik. Aku cukup kaget, karena banyak wartawan koran dan TV yang tiba-tiba datang. Ada teman-teman dari Indosiar, Metro TV, Shandika dan beberapa dari tv Lokal. Waduh, ini bakal jadi pagi yang melelahkan, bayangkan, aku mesti memandu tim good morning berkompetisi mencari gambar dan liputan terbaik. Dan momen liputan seperti ini dapat dipastikan bakal ketat, karena saking banyaknya wartawan yang datang.
Jam 7 pagi, Mbah Marijan keluar bersama rombongan pengantar labuhan dengan pakaian kebesaran Abdi Dalam Kraton Ngayogyakarta. Rombongan dengan membawa perlengkapan sesaji yang lengkap segera tancap gas, Jalan Kaki hanya dengan menggunakan Sendal! Dan ini yang lebih dahsyat, mereka menggunakan kain Jarit , begitu juga dengan ibu-ibunya yang membawa bakul berisi makanan sesaji yang akan dibagikan di tempat ritual nanti.
Wah!
Tibalah acara kejar mengejar...itu rombongan pembawa sesaji jalannya cepat banget!! Aku keteteran, kebetulan aku berjalan bersama ENo sang reporter, sementara Andi sang Kameramen Good Morning sudah ngebut di depan, untuk mengambil angle gambar yang bagus.
Sejam pendakian pertama, tubuhku rasanya mau tumbang, napas tinggal satu-satu. Sementara Eno, sang Reporter tampak pucat.
"Gimana No? Masih mau lanjut?"
"Gila, ini capek banget, apa jalannya bakal nanjak terus mas?"
Aku tersenyum, Eno mungkin sama kagetnya dengan Aku ketika mencoba naik gunung merapi. Terus terang, tenagaku di umur 35 tahun ini hanya sisa-sisa. Dulu terakhir naik merapi dan merbabu, aku jalani belasan tahun silam, ketika umurku dibawah 25 tahun. Kalau dibandingkan sekarang? Wah...aku cuma manusia setengah mayat, yang harus terheran-heran melihat rombongan mbah Marijan yang rata-rata berusia 50 tahun ke atas, berlari dengan cepat menuju puncak.
"Nuwun Sewu Den, saya jalan duluan!" Begitu tegur seorang ibu dengan gendongan di punggungnya. Lengkap dengan kain jarit dan kebaya.
Ya Allah? hebat sekali mereka? Kali ini hancur sudah segala rasa sombongku melawan realitas dikalahkan secara telak oleh jiwa-jiwa tua penghuni merapi. Ah, Gusti Allah, berikan hambamu sedikit tenaga supaya tidak terkapar!
Jam 9.00, kami tiba di pos 1. Disini tempat peristirahatan pertama, mbah Marijan tampak beristirahat sejenak, sedangkan aku? Ya jelas, aku mau pingsannnnnnnnnnnnnnnnnn.....napasku mau habis. Aku ketinggalan 20 menit dibelakang mereka.
"Ayo Kita Lanjutkan!" teriak mbah marijan kepada seluruh rombongan. Ya Allah? ternyata benar yang diucapkan di iklan-ikal KUKU BIMA TL. Si Mbah Marijan ini benar-benar manusia kuat. Aku yang baru saja istirahat 5 menit karena terlambat nyaris pingsan mendengar ajakan beliau untuk berjalan mendaki lagi!!!!!
Dan....
Seperti biasa, demi menahan gengsi di depan Eno dan seluruh pendaki gunung lain, aku segera mengikuti rombongan tersebut. Padahal Sumpah mati teman, Paru-paruku mau meledak, nafasku satu-satu....hhhhhhhhhhhhhhhh....
Perjalanan Pos Satu menuju Tempat Labuhan menempuh medan yang cukup berat. Jurang di kanan kiri. Karena aku harus mengawal ENO, aku kudu hati-hati menjaga dia menelusuri jurang-jurang maut di kanan kiri. Padahal sih, sebenarnya aku berkali-kali limbung, sakit banget rasanya kaki ini, berat untuk melangkah, tapi harus.
(Tidak Aku nggak mau mati sekarang, aku harus menyaksikan Acara Labuhan!)
Gusti Allah Maha Pengasih, akhirnya sisa-sisa nafasku dan beberapa keajaiban kecil akhirnya membuatku sampai di Pos Labuhan. Sebuah Pos yang ditata seperti tempat upacara dan dihiasi dengan rumah Joglo. Aku terlambat 20 menit lagi. Upacara akan segera dimulai, Aku dan Eno segera mencari posisi paling apik untuk mengambil gambar. Kebetulan Andi, sang Kameramen Good Morning sudah Stand By di sana.
Comments